Liputan6.com, Jakarta Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan travel notice level 2 untuk meminta para pelancong menerapkan “tindakan pencegahan ekstra” selama berada di China terkait peningkatan kasus chikungunya.
Dalam beberapa pekan terakhir, wilayah yang berdekatan dengan Hong Kong itu mencatat lebih dari 7.000 kasus chikungunya. Virus ini yang menyebabkan penyakit dengan gejala demam, nyeri sendi parah, dan kelelahan.
Gejala-gejala yang dialami oleh penderita biasanya muncul tiga hingga tujuh hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi. CDC mengatakan bahwa kematian jarang terjadi, namun sebagian penderita dapat mengalami nyeri sendi hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
“Anda bisa melindungi diri dari gigitan nyamuk, termasuk memakai repelan serangga, mengenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, serta memilih tempat menginap yang memiliki pendingin udara atau jendela dan pintu,” pesan CDC.
Dilansir dari CBS News, wabah kali ini berkembang setelah wilayah selatan China dilanda hujan lebat yang disebut sebagai fenomena sekali dalam satu abad.
Risiko bagi Kelompok Rentan
CDC menjelaskan bahwa orang yang paling berisiko mengalami gejala parah akibat chikungunya adalah bayi yang baru lahir yang terinfeksi saat atau menjelang kelahiran, lansia berusia 65 tahun ke atas, serta penderita penyakit kronis seperti diabetes dan gangguan jantung.
Wanita hamil juga diminta mempertimbangkan ulang perjalanan ke wilayah terdampak karena virus ini dapat menular ke janin sebelum lahir.
Gejala Chikungunya
Menurut World Health Organization (WHO), gejala chikungunya sering kali mirip dengan dengue dan Zika yang dapat mengakibatkan salah diagnosis. Hal ini berpotensi menunda penanganan tepat dan mempersulit negara-negara untuk mencatat angka infeksi secara kuat.
Meski belum ada pengobatan khusus, vaksin tersedia dan direkomendasikan bagi calon pelancong ke area wabah.
“Sebagian besar orang membaik dalam waktu seminggu,” kata CDC.
Edukasi tentang pencegahan terutama mengindari gigitan nyamuk menjadi langkah utama untuk mengurangi risiko penularan.
China Tanggap Darurat Hadapi Wadah Chikungunya
Pemerintah China tidak hanya diam saja menghadapi wabah ini. Langkah cepat dan tanggap dengan melakukan penyemprotan disinfektan secara besar-besaran terus dilakukan.
Selain itu, hujan lebat yang terjadi di selatan China menciptakan banyak genangan air sehingga warga harus membersihkan lingkungan secara rutin, jika tidak ingin dikenakan denda.
“Situasi saat ini dapat dicegah, diobati, dan dikendalikan,” tegas Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun.
Dengan kombinasi pengendalian lingkungan, penegakan aturan, dan perawatan medis diharapkan dapat menurunkan kasus dalam waktu cepat.