Liputan6.com, Jakarta Roblox merupakan salah satu platform game online yang sangat digemari oleh anak-anak dan remaja. Dengan tampilan menarik dan fitur sosial yang memungkinkan pemain membuat serta bermain game buatan pengguna lain, Roblox sering dianggap edukatif dan kreatif. Namun, di balik keseruan itu, banyak orang tua mulai khawatir tentang potensi kecanduan dan dampaknya terhadap perkembangan anak.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan game seperti Roblox bisa memicu masalah psikologis dan neurologis pada anak-anak. Anak yang bermain terlalu lama bisa mengalami gangguan atensi, perubahan suasana hati, hingga menurunnya performa akademik. Kondisi ini bahkan telah diklasifikasikan sebagai gaming disorder oleh World Health Organization (WHO).
Kecanduan game juga berdampak pada perkembangan otak anak, terutama pada bagian yang bertugas mengatur fokus, pengambilan keputusan, dan pengendalian emosi. Efek ini serupa dengan yang terjadi pada kecanduan zat adiktif. Bila tidak ditangani sejak dini, anak berpotensi mengalami gangguan perilaku dan sosial dalam jangka panjang.
Artikel ini akan membahas secara lengkap dampak kecanduan Roblox terhadap kecerdasan dan perkembangan anak, disertai referensi dari jurnal ilmiah, pendapat pakar, dan tips bijak untuk orang tua dalam mengelola penggunaan game digital di rumah.
Apa Itu Roblox dan Kenapa Anak Mudah Kecanduan?
Roblox adalah platform game daring yang memungkinkan penggunanya membuat dan memainkan permainan yang dirancang oleh pengguna lain. Dengan lebih dari 50 juta pengguna aktif harian, Roblox telah menjadi fenomena global, khususnya di kalangan anak-anak usia 7 hingga 14 tahun. Fitur sosial seperti obrolan dalam game, sistem reward, serta desain permainan yang serba cepat membuat anak-anak mudah tenggelam di dalamnya dan mengalami keterikatan emosional terhadap karakter maupun progres mereka dalam permainan.
Secara psikologis, Roblox dirancang untuk mempertahankan atensi pengguna selama mungkin. Game-game di dalamnya memiliki sistem pencapaian (achievement), misi berkelanjutan, serta elemen kompetitif yang memicu pelepasan dopamin di otak. Dopamin adalah zat kimia yang membuat seseorang merasa senang atau puas, dan inilah yang membuat aktivitas bermain Roblox menjadi sangat memikat bagi otak anak yang masih berkembang. Tanpa kontrol waktu, anak-anak berisiko menghabiskan waktu berjam-jam tanpa menyadari telah melewati batas waktu sehat bermain game.
Studi dari Games Learning Society dan The Jed Foundation menunjukkan bahwa anak-anak yang bermain Roblox lebih dari dua jam sehari cenderung menunjukkan gejala ketergantungan. Mereka lebih sulit mengendalikan emosi, cenderung mudah marah saat dilarang bermain, dan mulai mengabaikan aktivitas penting seperti belajar atau bersosialisasi secara langsung. Inilah mengapa penting bagi orang tua untuk memahami bagaimana platform ini bekerja dan dampaknya secara psikologis.
Dampak Kognitif Kecanduan Roblox pada Otak Anak
Kecanduan game seperti Roblox dapat memengaruhi fungsi eksekutif otak, yakni bagian yang bertanggung jawab atas konsentrasi, memori kerja, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls. Studi dari Child and Adolescent Psychiatry and Mental Health (2020) menemukan bahwa paparan game berlebihan dapat menyebabkan penurunan kemampuan akademik dan masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks. Anak-anak yang bermain game lebih dari tiga jam sehari dilaporkan memiliki rentang perhatian lebih pendek dan kemampuan problem solving yang lebih rendah.
Area prefrontal cortex—bagian otak yang berkembang paling akhir dalam masa pertumbuhan—adalah yang paling terdampak oleh kecanduan digital. Aktivitas yang berulang dan intens seperti bermain Roblox mengondisikan otak untuk selalu mencari stimulasi instan, yang pada gilirannya membuat anak sulit menikmati kegiatan yang lebih lambat dan memerlukan konsentrasi panjang, seperti membaca buku atau mengerjakan tugas sekolah. Efek jangka panjangnya dapat melemahkan kapasitas belajar dan fleksibilitas berpikir.
Selain itu, pemindaian otak melalui neuroimaging menunjukkan bahwa anak yang kecanduan game mengalami aktivitas abnormal di bagian otak yang mengatur impuls dan pengendalian diri. Studi NIH (National Institutes of Health) menunjukkan bahwa anak-anak yang bermain game terlalu lama cenderung memiliki aktivitas otak yang mirip dengan orang yang kecanduan zat seperti alkohol atau narkoba, meski dalam konteks digital. Ini bukan hal sepele, sebab otak anak yang sedang dalam masa pertumbuhan sangat rentan terhadap paparan rangsangan berlebihan seperti yang ditawarkan oleh game online.
Efek Sosial dan Emosional: dari Gangguan Tidur hingga Isolasi Sosial
Efek kecanduan game tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga pada ranah sosial dan emosional anak. Banyak anak yang mengalami perubahan perilaku karena terlalu sering bermain game seperti Roblox. Salah satunya adalah gangguan tidur. Anak-anak sering kali begadang karena ingin menyelesaikan misi dalam game atau tetap online bersama teman-temannya. Kurang tidur secara terus-menerus berdampak besar pada suasana hati, performa akademik, dan bahkan daya tahan tubuh mereka.
Selain itu, terlalu sering berada di dunia virtual bisa membuat anak menjauh dari interaksi sosial di dunia nyata. Mereka lebih nyaman berkomunikasi melalui avatar dan obrolan teks daripada berbicara langsung dengan teman sebaya atau anggota keluarga. Dalam jangka panjang, ini dapat mengganggu kemampuan sosial seperti empati, kerja sama, dan resolusi konflik. Anak yang seharusnya belajar membaca ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan konteks sosial bisa kehilangan kesempatan penting dalam perkembangan sosialnya.
Studi dari Neurotherapy Victoria menyebutkan bahwa kecanduan Roblox berhubungan dengan meningkatnya gejala depresi ringan, rasa kesepian, dan penarikan diri dari lingkungan sosial. Beberapa anak bahkan menunjukkan tanda-tanda kehilangan minat terhadap hobi lain yang sebelumnya mereka sukai, karena semua fokus dan energi mental mereka terkuras untuk aktivitas game. Jika tidak dikendalikan, ini bisa menjadi pintu masuk ke gangguan mental yang lebih serius di kemudian hari.
Rekomendasi Ahli: Batasi Waktu dan Jadikan Game sebagai Alat Edukasi
Organisasi kesehatan seperti WHO dan AAP (American Academy of Pediatrics) menyarankan agar anak-anak usia sekolah tidak terpapar layar lebih dari dua jam per hari di luar waktu belajar. Ini termasuk waktu bermain game, menonton video, atau menggunakan media sosial. Membatasi waktu bermain Roblox bukan berarti melarang sepenuhnya, melainkan mengarahkan anak agar mampu menyeimbangkan dunia digital dan kehidupan nyata.
Ahli psikologi perkembangan anak juga menganjurkan pendekatan berbasis behavioral monitoring, yaitu orang tua tidak hanya mengatur waktu ma...