Liputan6.com, Jakarta Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan sebanyak 23,08 persen anak usia 0-4 tahun mengalami anemia.
“Angka ini mengindikasikan situasi darurat karena World Health Organization (WHO) menetapkan prevalensi di atas 20 persen sudah termasuk kategori masalah kesehatan masyarakat yang kronis,” kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengutip keterangan resmi, Kamis (7/8/2025).
Angka tersebut, sambung Arifah, bukan sekedar data statistik, melainkan gambaran nyata dari situasi genting yang mengancam masa depan anak.
Maka dari itu, ia meminta para orangtua lebih memerhatikan pemenuhan gizi anak, khususnya kecukupan konsumsi makanan yang mengandung zat besi untuk mencegah Anemia Defisiensi Besi (ADB).
Arifah menjelaskan potensi kekurangan zat besi pada anak mulai terjadi pada usia enam bulan dan membawa dampak jangka panjang terhadap perkembangan otak.
Oleh karena itu, KemenPPPA mendorong kolaborasi lintas sektor bersama Kementerian Kesehatan RI dan Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) untuk merumuskan strategi mengatasi anemia pada anak. Mulai dari edukasi, penguatan layanan kesehatan, hingga dukungan akses makanan bergizi dan penambahan vitamin yang mengandung zat besi.
“Kolaborasi lintas sektor seperti ini sangat penting, terutama dalam menjangkau lapisan masyarakat paling dasar. Peran keluarga, komunitas, dan organisasi perempuan seperti Fatayat NU amat strategis dalam membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya kesehatan anak karena Fatayat NU memiliki jaringan yang luas hingga ke desa,” kata Menteri PPPA.
Penggemar Diego Maradona berkumpul di luar rumah sakit tempat sang mantan bintang sepak bolah dirawat karena akan menjalani operasi di otaknya. Maradona menderita anemia, ada penumpukan darah di antara selaput dan otaknya.