TEMPO.CO, Jakarta - Masalah buang air besar (BAB) sembarangan masih terjadi di Jakarta hingga saat ini. Sebagian warga ibu kota terpaksa membuang kotoran mereka ke tempat-tempat terbuka karena tidak memiliki fasilitas septic tank atau toilet yang memadai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masalah itu mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi Jakarta. "Meskipun angkanya relatif rendah dibandingkan daerah lain, kami tetap berkomitmen untuk menuntaskan persoalan ini," kata Gubernur Jakarta Pramono Anung Wibowo di Rumah Susun Sederhana Milik atau Rusunami Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, pada Senin, 28 Juli 2025.
Rusunami Bidara Cina adalah salah satu lokasi yang masih memiliki masalah BAB sembarangan. Para warga di hunian tersebut tidak memiliki tangki septik. Meski memiliki toilet, kotoran yang dibuang warga mengalir langsung ke sungai yang berjarak 15 meter dari kompleks rusunami. Pemerintah Provinsi Jakarta mengkategorikan kondisi tersebut sebagai BAB sembarangan atau open defecation karena kotoran manusia dibuang secara terbuka dan mencemari sungai.
Saluran pipa pembuangan di Rusunami Bidara Cina juga belum memadai. Pipa dari jamban yang ada di setiap unit dibangun seadanya. Saluran tersebut melewati kamar-kamar warga dari atas hingga bawah Rusunami lima lantai itu. Kotoran pun mengalir ke got tertutup yang mengelilingi kompleks hunian.
Sabariah, seorang perempuan berusia 60 tahun, adalah salah satu penghuni Rusunami Bidara Cina. Dia mengeluhkan bau kotoran manusia yang menguar dari got-got tersebut. "Apalagi kalau gotnya mampet," ucap dia saat ditemui di Rusunami Bidara Cina, Senin, 28 Juli 2025.
Di unit tempat tinggal Sabariah, terdapat pipa saluran pembuangan yang berasal dari jamban unit-unit di atasnya. Pipa itu menempel di dinding dalam kamar Sabariah. "Kalau di atas ada yang buang air, terdengar lewat sini kotorannya," tutur Sabariah. Bau kotoran manusia tercium dari got yang ada di samping kamarnya.
Terdapat sekitar 688 kepala keluarga atau 2.064 jiwa yang tinggal di Rusunami Bidara Cina. Tanpa adanya tangki septik yang berfungsi, kotoran dari seluruh penghuni tersebut mengalir langsung ke sungai. Di sungai, tampak belasan warga memancing. Salah satu pemancing menyebut lokasi pembuangan kotoran itu menjadi tempat berkumpulnya ikan-ikan.
Ketua Rukun Warga (RW) Rusunami Bidara Cina Teguh Jatmiko menyebut hunian itu sebenarnya memiliki tangki septik. "Tapi sudah belasan tahun rusak total," tuturnya.
Dia menyebut kotoran manusia selama ini mengalir melalui got yang dangkal. Di musim kemarau, kata Teguh, kotoran kerap tersangkut di dalam got yang ada di area tinggal karena aliran air tidak lancar.
Masalah BABS seperti di Rusunami Bidara Cina juga terjadi di daerah lain. Warga Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur misalnya, tidak memiliki fasilitas mandi cuci kakus (MCK) komunal yang layak. Sementara masalah tidak adanya tangki septik juga terjadi di setidaknya delapan kelurahan lain.
Pemerintah Provinsi Jakarta pun mulai membangun tangki septik komunal untuk wilayah-wilayah tersebut, termasuk di Bidara Cina. "Mudah-mudahan dengan cara yang seperti ini akan menyelesaikan persoalan BAB sembarangan yang ada di berbagai tempat," ucap Gubernur Pramono.