TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan pekerja sektor pariwisata melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung Sate Bandung, Jawa Barat, pada Senin, 21 Juli 2025. Demonstrasi tersebut merupakan buntut dari kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang melarang study tour bagi siswa sekolah.
Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor 43/PK.03.03/KESRA. Para pekerja sektor pariwisata menuntut pencabutan surat keputusan gubernur tentang larangan study tour sekolah. Dalam aksinya, demonstran sempat memblokade ruas Jembatan di Jalan Layang Pasupati.
Dedi Mulyadi Berkukuh Tak Akan Mencabut Larangan Study Tour
Sementara itu, Dedi menegaskan tak akan mencabut larangan study tour sekolah, meskipun kebijakannya memicu demonstrasi dari pelaku industri pariwisata. Ia menyebut unjuk rasa itu justru memperkuat argumentasinya bahwa kegiatan study tour hanya berkedok rekreasi. Bukan bagian dari kegiatan pendidikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Yang protes itu adalah kegiatan pariwisata, sedangkan SK saya melarang kegiatan study tour. Jadi yang dilarang memang kegiatan piknik,” kata Dedi dalam instagram pribadinya, Selasa, 22 Juli 2025.
Menurut Dedi, aksi protes itu menunjukkan kegiatan study tour tidak lagi berkaitan dengan esensi pendidikan. “Bisa dibuktikan, yang berdemonstrasi adalah para pelaku jasa kepariwisataan,” ujarnya.
Ia juga menyinggung dukungan terhadap aksi tersebut dari Asosiasi Jeep Merapi asal Yogyakarta. “Bukan hanya orang Jawa Barat yang berdemo, tetapi juga dari Yogyakarta. Terutama yang selama ini biasa mengangkut siswa di kawasan Gunung Merapi,” kata dia.
Kendati ada desakan, Dedi menegaskan tetap pada pendiriannya demi melindungi keluarga siswa dari beban biaya di luar kebutuhan pokok pendidikan. Ia menyebut larangan study tour sebagai bagian dari upaya mengefisienkan biaya pendidikan dan menjaga fokus pada pembangunan karakter siswa.
“Saya tetap berpihak pada kepentingan rakyat banyak,” kata dia. “Insya Allah, Gubernur Jawa Barat akan tetap berkomitmen menjaga ketenangan orang tua siswa.”
Dedi berharap industri pariwisata tetap bisa tetap tumbuh tanpa harus membebani keluarga siswa. “Biarlah yang datang berwisata itu orang-orang yang memang mampu, bukan keluarga pas-pasan yang terpaksa harus piknik karena alasan study tour,” ujar dia.
Dinda Shabrina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: