TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi lagi seiring dengan datangnya musim kemarau panjang. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan tingginya potensi karhutla di wilayah Riau dan sekitarnya menyusul puncak musim kemarau yang terjadi lebih awal dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
“Puncak musim kemarau di Riau berlangsung pada Juli, berbeda dengan mayoritas wilayah Indonesia yang puncaknya terjadi di Agustus. Karena itu, Riau sedang dalam masa paling rawan terjadinya karhutla,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, seperti dikutip dari siaran pers BMKG, Rabu, 24 Juli 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BMKG menyatakan, potensi keterbakaran lahan di Riau berada pada tingkat “sangat tinggi” sejak 23 hingga 24 Juli 2025. Lalu menurun sementara pada 25 dan 26 Juli 2025 dan kembali meningkat di akhir bulan.
Dalam sejarahnya, Provinsi Riau merupakan salah satu daerah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan paling parah. Berikut deretan kejadian kebakaran hutan dan lahan paling parah di Indonesia:
Kebakaran Hutan 1982
Kebakaran hutan di Kalimantan Timur pada 1982 termasuk yang terbesar. Saat musim kemarau bertepatan dengan tradisi pertanian tradisional, ladang berpindah. Biasanya dilakukan dengan membakar lahan baru sebagai kebun tanaman musiman.
Lahan seluas 3,2 juta hektare hangus. Padahal sebanyak 2,7 juta hektare di dalamnya adalah hutan hujan tropis. World Resources Institute (WRI) memperkirakan, kerugian akibat kebakaran hutan mencapai USD 9 miliar.
Kebakaran Hutan 1997
Kebakaran terjadi di Riau dan Kalimantan. Pada saat itu, kebakaran berdampak kepada 20 juta orang akibat polusi udara dan air. Kabut asap mengakibatkan ribuan orang dilarikan ke rumah sakit di Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.
Bukan hanya itu. Asap hitam yang dihasilkan dari pembakaran meluas ke negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, dan Australia.
Kebakaran Hutan 2006
Lahan seluas 3 juta hektare hangus terbakar dan mengakibatkan polusi udara. Penyebab karhutla ditenggarai karean pembakaran lahan pertanian yang tak terkontrol. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga terbesar yang menyumbang gas rumah kaca ke atmosfer. Indonesia menyumbangkan sekitar 2 miliar ton gas karbon dioksida ke atmosfer.
Kebakaran Hutan dan Lahan 2015
Pada saat itu, kebakaran juga terjadi di 29 provinsi Indonesia kecuali DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Kepulauan Riau. Total luas lahan yang terbakar sebesar 2,6 juta hektare. Provinsi Kalimantan Tengah jadi daerah yang menderita paling parah.
Bukan hanya karena manusia, lahan gambut yang kering juga memicu kebakaran hutan. Fenomena El Nino juga menurunkan intensitas hujan sehingga memperburuk karhutla. Kebakaran hutan dan lahan ini mengancam spesies orang utan dan hewan lainnya.
Kebakaran Hutan 2019
Global Forest Watch menghitung, luas hutan yang hangus mencapai lebih dari 850 ribu hektare. Sebanyak 42 persen dari total area yang terbakar merupakan lahan gambut.
Sebanyak 70 persen area hutan yang terbakar berasal dari lahan gambut yang telah terdegradasi. Akibatnya, 708 juta ton gas rumah kaca yang didominasi oleh karbon dioksida naik ke atmosfer. Banyaknya kandungan gas rumah kaca di atmosfer akhirnya memicu terjadinya pemanasan global yang berakhir pada peristiwa perubahan iklim akibat kebakaran hutan.
Mutiara Roudhatul Jannah dan Ananda Ridho Sulistya berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Cerita di Balik Kesepakatan Tarif Impor Prabowo-Trump