TEMPO.CO, Yogyakarta -- Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan tak habis pikir dengan sejumlah pihak menyerangnya, mulai dari berbagai proses kuliah yang dijalani di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). "Setelah ijazah, lari ke skripsi, lalu ke KKN (kuliah kerja nyata) yang diragukan," kata Jokowi saat menghadiri reuni ke-45 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu, 26 Juli 2025.
Jokowi lantas menceritakan, semua proses kuliahnya itu dijalani bersama-sama semua dengan 87 rekannya angkatan 1980. Jokowi sendiri mengaku lulus tahun 1985. "Kami ini kuliahnya lama, semuanya bareng, ke mana-mana juga bareng," ujar Jokowi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya di aktivitas alam, Jokowi mengatakan juga selalu ada bersama rekan-rekannya saat kunjungan pabrik saat mahasiswa. Jokowi menuturkan, di masa kuliah ia sempat mendaki Gunung Kerinci di Provinsi Jambi bersama teman angkatannya. Ia mengaku menjadi mahasiswa pertama angkatannya yang mencapai puncak gunung tertinggi di Sumatera itu kala itu.
Selain itu Jokowi juga merasakan saat digembleng di Hutan Wanagama di Kabupaten Gunungkidul oleh para seniornya semasa kuliah. "Kami juga kunjungan kerja ke Pabrik Nusantara Playwood juga bareng, kunjungan ke Pabrik Ngawi juga bareng, ke konservasi ke Pangandaran, Cilacap, Baturaden juga bareng," tutur dia.
Hingga akhirnya Jokowi mengatakan, proses KKN ditempuh di Desa Ketoyan, Kecamatan Wonosegoro, di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. "Teman-teman saat KKN pun saya juga masih ingat," kata dia.
Dengan proses yang dilalui itu, Jokowi merasa heran jika ijazah, skripsi, hingga KKN-nya diragukan. Menurut dia, seharusnya ijazah juga skripsi itu tak perlu diperdebatkan lagi ketika yang mengeluarkan sudah mengakui dokumen itu asli.
"Kalau yang namanya ijazah asli itu, kalau Ibu Rektor UGM sudah menyampaikan ijazahnya dikeluarkan oleh BKN, Dekan Fakultas Kehutanan juga sudah menyampaikan bahwa ijazahnya asli, dan saya kuliah, seharusnya sudah rampung," ujarnya. "Tapi ya itulah, kayak gini politik itu."
Pilihan Editor: