Berikut adalah arti istilah serakahnomics, vampir ekonomi, jokowinomics, dan prabowonomics yang sebagian disampaikan Prabowo di berbagai kesempatan.
26 Juli 2025 | 08.04 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto memperkenalkan sejumlah istilah ekonomi baru dalam berbagai pidatonya belakangan ini. Melalui istilah-istilah seperti serakahnomics, vampir ekonomi, Jokowinomics, dan Prabowonomics, Prabowo menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia serta arah kebijakan yang ingin ia tempuh. Apa arti istilah-istilah tersebut?
Serakahnomics
Istilah serakahnomics pertama kali diungkapkan Prabowo dalam pidato penutupan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Solo, Ahad, 20 Juli 2025. Ia menyebut istilah ini untuk merujuk pada praktik curang dan rakus yang dilakukan oleh segelintir pengusaha. Menurutnya, serakahnomics menggambarkan model ekonomi yang dijalankan bukan berdasarkan prinsip kewirausahaan sejati, melainkan nafsu untuk mengeruk kekayaan negara secara tidak etis.
“Ini bukan ada di buku, enggak ada di universitas. Ini ilmu serakah,” kata Prabowo. Ia menegaskan bahwa para pelaku ekonomi semacam ini tidak layak diberi perlakuan baik, karena mereka mengambil keuntungan dari penderitaan rakyat. Dalam pidato lain di Klaten, sehari setelahnya, Prabowo kembali menegaskan bahwa serakahnomics bukan bagian dari mazhab ekonomi yang dikenal seperti liberalisme, sosialisme, atau ekonomi pasar. Ia menyebutnya sebagai “mazhab baru” yang merugikan kepentingan rakyat banyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski keras dalam kritiknya, Prabowo menolak disebut anti-pengusaha. Ia menyatakan dukungan terhadap dunia usaha yang dijalankan secara etis. “Saya sendiri pengusaha sebelum masuk politik. Tapi ini bukan bisnis. Ini adalah keserakahan,” ucapnya.
Vampir Ekonomi
Selain serakahnomics, Prabowo juga memperkenalkan istilah vampir ekonomi dalam konteks yang serupa. Ia mengibaratkan segelintir pelaku usaha sebagai vampir yang “menghisap darah rakyat”, terutama yang mencari keuntungan dari praktik-praktik yang merugikan negara.
Salah satu contoh yang ia soroti adalah dugaan manipulasi kualitas beras oleh oknum pengusaha penggilingan padi, yang mengubah beras biasa menjadi beras premium untuk keuntungan pribadi. Prabowo mengklaim praktik tersebut bisa menyebabkan kerugian negara hingga Rp100 triliun per tahun. “Itu namanya menghisap darah. Vampir-vampir ekonomi,” tegasnya.
Dengan narasi ini, Prabowo menampilkan citra seorang pemimpin yang ingin “menertibkan” para aktor ekonomi yang dinilainya melanggar moral dan merugikan negara.
Jokowinomics
Sebelum menjabat sebagai presiden, pada 2023 Prabowo pernah menyatakan dukungan terhadap kebijakan ekonomi era Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan menyebutnya sebagai Jokowinomics. Ia menyebut konsep ini sebagai bentuk konkret dari ekonomi Pancasila, yang menekankan pada prinsip persatuan nasional, kemanusiaan, keadilan sosial, serta keberpihakan pada kepentingan rakyat.
“Jokowinomics adalah aplikasi nyata dari ekonomi Pancasila yang bisa kita gunakan untuk mencapai Indonesia Emas 2045,” ujar Prabowo kala itu dalam seminar ekonomi di Jakarta.
Pernyataan tersebut memperlihatkan kesinambungan antara pemerintahan Jokowi dan visi ekonomi Prabowo, setidaknya pada masa transisi. Namun, dalam praktiknya, perbedaan pendekatan mulai terlihat dalam konsep baru yang kini diperkenalkan: Prabowonomics.
Prabowonomics
Wakil Kepala Staf Kepresidenan Muhammad Qodari pada Mei 2025, menjelaskan bahwa Prabowonomics didasarkan pada Pasal 33 UUD 1945, yang menegaskan bahwa cabang-cabang produksi penting dan kekayaan alam dikuasai negara untuk kemakmuran rakyat.
Konsep ini menekankan pentingnya transformasi demokrasi ekonomi, yakni upaya memberi akses dan manfaat ekonomi secara merata kepada seluruh rakyat Indonesia. Dalam praktiknya, sejumlah program strategis disebut menjadi bagian dari Prabowonomics, seperti pemberian makan bergizi gratis, layanan cek kesehatan gratis, pembangunan Sekolah Rakyat, hingga pendirian 80 ribu koperasi desa.
Menurut Qodari, konsep ini menunjukkan arah baru dalam kepemimpinan ekonomi yang ingin ditempuh Prabowo. Ia menggambarkan Prabowo sebagai sosok yang berupaya melakukan perubahan sistemik melalui jalan demokrasi ekonomi.