Liputan6.com, Jakarta - Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyebut bahwa kasus dengue di Indonesia menyentuh angka 56.269 per 16 Mei 2025.
Kasus ini tersebar di 456 kabupaten/kota di 34 provinsi, dengan jumlah kematian mencapai 250 kasus di 123 kabupaten/kota. Angka ini menunjukkan bahwa dengue masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Sementara di sisi lain, Indonesia memiliki target ambisius, yaitu nol kematian akibat dengue pada tahun 2030. Kira-kira apakah ini bisa tercapai atau pada akhirnya hanya menjadi mimpi belaka?
Prof. Dr. Edi Hartoyo, dr., Sp.A Subsp.Inf.P.T (K), menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus dengue tertinggi di Asia. Yang mengkhawatirkan, anak-anak menjadi kelompok usia yang paling rentan.
"Sekitar 73 persen kasus dengue terjadi pada usia 5 s.d 44 tahun, dengan kematian tertinggi sebesar 49 persen pada kelompok usia 5–14 tahun," katanya dalam peringatan ASEAN Dengue Day (ADD) pada 15 Juni 2025.
Prof. Edi juga menambahkan bahwa secara global, anak-anak memiliki insiden dengue yang lebih tinggi, serta menyumbang beban Disability-Adjusted Life Years (DALYs) terbesar.
Menurutnya, pencegahan yang komprehensif, termasuk vaksinasi, sangat dibutuhkan untuk menekan angka kematian akibat dengue.
Vaksinasi Kurangi Risiko Gejala Berat
Ketua IDAI Jawa Barat, Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A. Subsp.Inf.P.T (K), menekankan bahwa dengue bukan penyakit sepele. Karena memiliki empat serotipe virus, seseorang bisa terinfeksi lebih dari satu kali.
"Infeksi kedua bisa lebih parah. Jadi, pernah terkena dengue sebelumnya bukan berarti kebal," kata dr. Anggraini.
Dia menambahkan bahwa pencegahan tidak cukup hanya dengan menghindari gigitan nyamuk. Perlu penguatan sistem imun tubuh melalui vaksinasi serta pengendalian vektor nyamuk yang konsisten.
Dr. dr. Djatnika Setiabudi, Sp.A. Subsp.Inf.P.T (K), MCTM (Trop Ped), menambahkan, vaksin telah terbukti menjadi metode pencegahan yang efektif dalam sejarah kesehatan masyarakat.
"Sejak vaksin cacar dikembangkan pada tahun 1796, imunisasi telah menyelamatkan jutaan jiwa. Vaksin dengue juga memiliki potensi besar untuk mencegah keparahan dan menyelamatkan lebih banyak orang," ujarnya.
Meskipun vaksin dengue tidak memberikan perlindungan 100 persen terhadap infeksi, vaksinasi tetap penting untuk mengurangi risiko gejala berat dan kematian.
Peran Tenaga Kesehatan Sangat Penting
Dalam mendukung target nol kematian akibat dengue 2030, IDAI Jawa Barat bersama Takeda menggelar seminar ilmiah bertema “Strengthen the Role of Healthcare Workers: Together We Fight Dengue”. Acara ini melibatkan dokter spesialis anak dari seluruh Indonesia.
"Target nol kematian dengue adalah komitmen global yang telah diadopsi Indonesia melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue," ujar dr. Anggraini.
Dia menekankan pentingnya memperkuat peran tenaga kesehatan dan partisipasi masyarakat.
Langkah-langkah seperti gerakan 3M Plus dan program 1 Rumah 1 Jumantik (1R1J) dinilai efektif untuk meningkatkan kesadaran dan upaya pencegahan di tingkat keluarga.
Selain itu, menurutnya, solusi inovatif seperti teknologi Wolbachia dan vaksinasi harus terus didorong agar pengendalian dengue bisa lebih optimal.
Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, dalam peringatan ASEAN Dengue Day 2025 mengingatkan bahwa pemberantasan dengue memerlukan kolaborasi dari semua pihak—baik pemerintah, tenaga kesehatan, swasta, maupun masyarakat.
"Di balik angka statistik, ada kisah kehilangan yang tak tercatat. Dengue bisa menyerang siapa saja, kapan saja, dan bukan penyakit musiman," kata Andreas.
Dia mengajak seluruh pihak untuk mengambil tiga langkah konkret: mengedukasi diri dan lingkungan, disiplin menjalankan 3M Plus, serta terbuka pada inovasi seperti vaksin dengue.