Liputan6.com, Jakarta Fenomena co-parenting kini semakin sering terdengar, terutama di kalangan publik figur yang memilih berpisah. Di balik popularitasnya, ada banyak pertanyaan muncul "apa sebenarnya arti co-parenting, dan istilah apa yang menjadi lawannya?" Pertanyaan ini penting, mengingat pola pengasuhan pasca-cerai bisa menentukan masa depan anak.
Istilah ini bukan hanya berlaku untuk pasangan yang bercerai. Faktanya, co-parenting juga menjadi kunci keharmonisan bagi pasangan yang masih menikah. Namun, jika prinsipnya tidak dijalankan, justru muncul pola lawan dari co-parenting yang berpotensi memicu konflik dan membingungkan anak.
Artikel ini akan mengupas pengertian co-parenting dan lawannya, alasan mengapa istilah ini naik daun di kalangan artis, sisi positif dan negatifnya, hingga langkah-langkah membangun co-parenting yang sehat. Simak informasinya, dirangkum Liputan6, Sabtu (9/8).
1. Apa Itu Istilah Co-Parenting dan Apa Lawan Kata dari Co-Parenting
Co-parenting adalah kerja sama sinergis antara dua pihak yang berperan sebagai orangtua dalam membesarkan anak. Konsep ini pertama kali dibahas secara mendalam oleh Prof. Mark Feinberg dari Penn State University. Menurutnya, ada empat komponen utama yang harus dipenuhi: kesepakatan dalam pengasuhan, saling mendukung, pembagian tugas adil, dan pengaturan relasi keluarga yang sehat. Prinsip ini sering disingkat menjadi 4S: Sepakat, Sepikulan (berbagi beban), Support, dan Selaras.
Lawan dari co-parenting adalah counter-parenting atau uncooperative parenting. Dalam pola ini, orangtua justru saling menjatuhkan, tidak memiliki kesepakatan, dan kerap menempatkan anak di tengah konflik. Kondisi ini memicu kebingungan pada anak dan berpotensi menghambat perkembangan emosionalnya.
Tidak hanya pada pasangan bercerai, lawan co-parenting juga dapat muncul pada keluarga utuh jika komunikasi buruk dan ego masing-masing mendominasi. Akibatnya, anak menjadi korban tarik-menarik kepentingan orangtua.
2. Mengapa Istilah Ini Populer di Kalangan Artis yang Bercerai?
Kasus perceraian publik figur sering menjadi sorotan media. Di tengah upaya menjaga citra, banyak artis mulai mengedepankan istilah “co-parenting” untuk menunjukkan bahwa mereka tetap kompak membesarkan anak. Ini menjadi sinyal positif bagi publik bahwa perceraian tak selalu berarti putusnya hubungan orangtua-anak.
Popularitasnya juga didorong oleh tuntutan hukum dan kesadaran akan dampak psikologis perceraian pada anak. Sejumlah artis bahkan mengunggah momen kebersamaan pasca-cerai untuk memperkuat narasi bahwa anak tetap mendapat kasih sayang dari kedua pihak, sebut saja Desta dan Natasha Rizki. Keduanya masih sering melakukan aktivitas pengasuhan bersama, sebagai bentuk support emosional terhadap buah hati mereka, meski sudah bercerai.
Selain itu, baru-baru ini, Acha Septriasa dan Vicky Kharisma dikabarkan juga menerapkan pola asuh Co-Parenting. Ini terungkap dari unggahan terakhirnya saat bersama sang anak. Di sana, dirinya terlihat mendaptingi sang putri dan menambahkan tagar Co-Parenting. Dikutip dari KapanLagi, sebelum beredar putusan Pengadilan Agama tentang putusan cerai keduanya, Acha sempat mengunggah foto bahwa dirinya pindah rumah di Sydney dan melakukan co-parenting dengan Vicky.
"love you Brie ! #newLife #newhome #newday #coparenting #MommiesDuty #parentsdutyneverends," tulis Acha.
Tak ayal, caption ini langsung menjadi sorotan karena co-parenting menunjukkan bahwa pasangan sudah berpisah, namun tetap mengasuh anak bersama-sama sebagai upaya mendukung tumbuh kembangnya.
3. Sisi Positif Co-Parenting
Dalam study yang dikeluarkan Journal On Early Chilhood berjudul "Dampak Co-Parenting Orang Tua terhadap Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini: Sebuah Studi Kasus" oleh Hanifa Najla Gymnastia, Nenden Sundari dan Esya Anesty Mashudi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ditemukan fakta bahwa Co-Parenting bisa sangat mungkin memiliki dampak positif.
Co-parenting yang sehat akan memberikan rasa aman bagi anak. Dengan kesepakatan pengasuhan yang konsisten, anak tidak perlu memilih berpihak pada salah satu orangtua. Penelitian menunjukkan, anak dalam pola Co-Parenting yang baik memiliki regulasi emosi lebih stabil dan kepercayaan diri lebih tinggi.
Selain itu, co-parenting menurunkan risiko perilaku bermasalah. Anak terbiasa melihat kerja sama orang dewasa, sehingga belajar keterampilan sosial sejak dini. Hubungan ini juga meminimalkan kecemasan anak terhadap masa depan keluarganya.
"Seorang anak yang diasuh oleh ayahnya dengan pola Co-Parenting Parallel membangun interaksi sosial yang lebih ekspresif dan dapat lebih mudah membangun hubungan sosial, baik dengan adik maupun teman sebaya. Ini juga bisa mendukung perkembangan sosial anak, melalui konsep Parallel yakni ketika kedua orang tua menjalankan tanggung jawab pengasuhan secara terpisah, dengan sedikit komunikasi atau interaksi satu sama lain namun tetap memberi dukungan penuh dan kedisiplinan yang cukup," tulis jurnal tersebut.
4. Sisi Negatif Co-Parenting
Meski terdengar positif, co-parenting bisa berbalik menjadi beban jika salah dijalankan. Ketidakjelasan pembagian peran bisa memicu frustrasi, terutama bila salah satu pihak merasa terbebani. Konflik yang dibungkus “kerja sama” namun sebenarnya penuh kritik juga dapat merusak hubungan.
Anak bisa terjebak dalam situasi “double standard” ketika aturan berbeda antara rumah ayah dan ibu. Inkonsistensi ini membingungkan, membuat anak sulit memahami batasan yang jelas.
Pola co-parenting yang tidak sehat dapat menjadi “panggung” untuk adu kekuasaan. Alih-alih fokus pada kepentingan anak, orangtua justru saling membuktikan siapa yang lebih kompeten.
5. Bagaimana Menjalani Co-Parenting yang Sehat
Untuk membangun co-parenting yang benar-benar efektif, langkah-langkah berikut dapat menjadi panduan:
- Tetapkan aturan bersama: Diskusikan nilai, batasan, dan aturan yang akan diterapkan, lalu konsisten menjalankannya.
- Fokus pada anak, bukan ego: Hindari membicarakan konflik pribadi di depan anak.
- Bagi tugas secara adil: Sesuaikan pembagian peran dengan kemampuan dan waktu masing-masing.
- Jaga komunikasi terbuka: Gunakan bahasa yang jelas, hindari sindiran atau kritik merendahkan.
- Tunjukkan dukungan di depan anak: Berikan afirmasi atas peran orangtua lain agar anak merasa kedua pihak saling menghargai.
Dengan penerapan prinsip ini, co-parenting bisa menjadi pondasi yang kokoh untuk perkembangan anak, meski orangtua tidak lagi bersama.
People Also Ask
Apa arti co-parenting?
Kerja sama dua pihak sebagai orangtua dalam membesarkan anak dengan kesepakatan dan dukungan timbal balik.
Apa lawan kata dari co-parenting?
Counter-parenting atau uncooperative parenting, di mana orangtua tidak bekerja sama dan saling menjatuhkan.
Apakah co-parenting hanya untuk pasangan bercerai?
Tidak. Pasangan menikah pun dapat dan sebaiknya menjalankan co-parenting.
<...