Setahun Prabowo-Gibran, Menag: Indeks Kerukunan Umat Beragama Tertinggi

1 month ago 31

MENTERI Agama Nasaruddin Umar menyebut tingkat kerukunan umat beragama di Indonesia saat ini berada pada posisi tertinggi sepanjang sejarah. Pencapaian itu, kata dia, menjadi salah satu capaian penting Kementerian Agama dalam satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

“Sepanjang sejarah kerukunan kita, mencapai tingkat yang paling tinggi sekarang ini. Ini satu kesyukuran tersendiri, melampaui indeks sebelumnya-sebelumnya,” ujar Nasaruddin seusai konferensi pers Satu Tahun Kemenag Mengawal Asta Cita Presiden di Jakarta Pusat, Selasa, 21 Oktober 2025.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Ia mengatakan survei dari lembaga Poltracking sekarang ini bagaimana pemerintah mengenai menjaga kerukunan menjadi capaian tertinggi pemerintahan Prabowo-Gibran, 86,7 persen. “Saya ini kesyukuran tersendiri, bagaimana Kemenag menyumbang indeks kerukunan yang luar biasa. Saya kira, tanpa ada kerukunan tidak ada nilainya,” ujar dia.

Temuan survei Poltracking menyebutkan lima keberhasilan tertinggi adalah Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama (86,7 persen), disusul Menjaga Keagaman (80.2 persen), Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa (77,1 persen), Pendidikan yang Terjangkau (76,8 persen), dan Layanan Kesehatan yang Terjangkau (76 persen).

Menurut Nasaruddin, ke depan, peningkatan indeks kerukunan bakal ditopang oleh inovasi sistem digital yang dikembangkan Kementerian Agama. Salah satunya adalah Si-Rukun, sistem deteksi dini berbasis digital untuk memantau potensi konflik sosial dan keagamaan.

“Ke depan, kita tetap akan melanjutkan memakai dan menciptakan produk-produk baru dengan sistem digital. Kalau di sana ada sistem peringatan jelang tsunami datang, kita juga punya sistem yang namanya Si-Rukun yang beredar ke pelosok tanah air,” katanya.

Sistem Si Rukun (Sistem Deteksi Dini Indonesia Rukun) diluncurkan pada 29 September 2025 sebagai early warning system untuk mendeteksi gejala dan potensi ketegangan antar umat beragama. Sistem ini dianggap memungkinkan respons cepat terhadap potensi konflik sosial berbasis keagamaan di berbagai daerah.

Nasaruddin menjelaskan, dalam konteks itu, sebanyak 500 penyuluh agama telah dilatih sebagai mediator konflik, serta 1.192 kader lintas agama disiapkan untuk mengoperasikan sistem tersebut di lapangan. “Kami sudah melakukan berbagai persiapan untuk memastikan Si Rukun benar-benar efektif mendeteksi tanda-tanda ketegangan antar golongan,” ujar dia. 

Read Entire Article