Liputan6.com, Jakarta Microsoft mengungkapkan, mereka berhasil menghemat lebih dari USD 500 juta atau setara dengan sekitar Rp8 triliun hanya dari penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI) di pusat layanan pelanggan selama tahun lalu.
Angka penghematan ini menunjukkan dampak signifikan dari pemanfaatan AI terhadap efisiensi operasional perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat tersebut.
Pernyataan mengenai pencapaian ini disampaikan oleh Chief Commercial Officer Microsoft, Judson Althoff, dalam sebuah presentasi internal dikutip Bloomberg, Jumat (11/7/2025).
Ia menekankan, implementasi alat berbasis AI tidak hanya terbatas pada satu sektor, tetapi sudah diintegrasikan secara luas ke berbagai lini bisnis utama perusahaan.
Menurut Althoff, teknologi AI diterapkan mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan di area penjualan, layanan pelanggan, hingga rekayasa perangkat lunak.
Sistem otomatisasi dan asisten digital memungkinkan proses kerja menjadi lebih cepat dan efisien, sekaligus mengurangi beban kerja tim manusia di berbagai level.
Misalnya, AI dipakai untuk menangani pertanyaan pelanggan secara otomatis melalui chatbot hingga mempercepat proses pengembangan software dengan kode-kode dihasilkan oleh alat bantu berbasis machine learning seperti Copilot. Hal ini mengurangi kebutuhan waktu, tenaga, dan biaya secara drastis.
PHK Ribuan Karyawan, Pengumuman Dianggap Tidak Sensitif
Mengejutkannya, pernyataan itu datang hanya beberapa hari setelah Microsoft melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 9.000 karyawan di berbagai divisi.
PHK tersebut merupakan putaran ketiga sepanjang 2025, menjadikan total karyawan yang terdampak mencapai sekitar 15.000 orang.
Langkah efisiensi besar-besaran di tengah laporan keuntungan perusahaan yang terus meningkat memunculkan pertanyaan di kalangan publik.
Bagi sebagian orang, pengumuman penghematan biaya yang begitu besar, terutama dari penggunaan AI, dianggap kurang sensitif terhadap nasib para karyawan yang baru saja kehilangan pekerjaan.
Polemik AI dan Unggahan Kontroversial Xbox
Situasi ini sempat diperkeruh dengan unggahan dari produser Xbox Game Studios, Matt Turnbull, yang kini telah dihapus dari LinkedIn.
Dalam unggahan tersebut, ia menyarankan bahwa karyawan yang merasa kewalahan akibat PHK bisa memanfaatkan alat bantu seperti ChatGPT dan Copilot untuk mengelola beban mental.
Microsoft Fokus ke AI, Nasib Tenaga Kerja Jadi Tanda Tanya
Belum jelas apakah ribuan karyawan yang diberhentikan tahun ini digantikan oleh sistem AI ataukah hal ini merupakan bentuk penyesuaian pascapandemi.
Yang pasti, keputusan restrukturisasi di tengah kondisi keuangan yang sangat kuat menciptakan dinamika yang rumit di dalam perusahaan.
Di kuartal pertama 2025, Microsoft mencatatkan laba sebesar USD 26 miliar dari total pendapatan USD 70 miliar.
Nilai kapitalisasi pasar perusahaan juga melonjak ke angka USD 3,74 triliun, menggeser Apple dan hanya tertinggal dari Nvidia.
Sebagian besar keuntungan ini dikabarkan akan difokuskan ke pengembangan AI.
Pada Januari lalu, Microsoft menyatakan rencananya untuk menginvestasikan USD 80 miliar ke infrastruktur AI sepanjang 2025.
Meski masih membuka lowongan di beberapa sektor, Microsoft tampaknya lebih agresif dalam memburu talenta AI terbaik di dunia.
Langkah ini menandai pergeseran fokus perusahaan dari perekrutan pegawai administrasi dan manajerial ke perekrutan ilmuwan data dan peneliti AI papan atas.
Dengan terus meningkatnya investasi di bidang teknologi cerdas, Microsoft seolah menegaskan bahwa masa depan perusahaannya akan digerakkan oleh AI, meskipun konsekuensinya memicu perdebatan publik soal nasib tenaga kerja manusia.