Menteri Mu'ti: Banyak Penyebab Nilai Tes Matematika Rendah

1 week ago 20

MENTERI Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti mengatakan banyak faktor yang menyebabkan rendahnya nilai Tes Kompetensi Akademik (TKA) mata pelajaran matematika siswa sekolah menengah atas dan sederajat. Namun, Mu'ti tidak merinci faktor-faktor yang membuat nilai matematika siswa tersebut jeblok dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

"Banyak faktor. Nanti kami lihat secara keseluruhan," kata Mu'ti di Kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, pada Rabu, 26 November 2025. Mu'ti juga melaporkan pelaksanaan TKA dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, Rabu ini.  

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Sebelumnya, Mu'ti  mengatakan penyebab rendahnya nilai tes Matematika siswa kemungkinan akibat cara mengajar guru maupun materi buku pelajaran yang kurang tepat. Tapi ia menekankan pernyataannya tersebut bisa saja keliru. "Mungkin itu bisa benar, bisa tidak. Ya, mudah-mudahan saja tidak benar," kata dia. 

Ia pun kembali mengulangi pernyataannya yang kemudian memicu protes organisasi profesi guru. Namun, bagi Mu'ti, yang terpenting adalah hasil TKA itu merupakan proses evaluasi oleh semua pihak. "Saya bilang mungkin karena bukunya, mungkin karena salah ajarnya. Kita semua melakukan evaluasi saja."

Kementerian Pendidikan Dasar menggelar tes kemampuan akademik siswa SMA dan sederajat pada 3-6 November 2025. Sebanyak 43.967 sekolah mengikuti tes tersebut untuk pertama kalinya. Tes berstandar nasional ini dilaksanakan secara serentak dan diikuti oleh 3,5 juta siswa.

Abdul Mu'ti mengatakan hasil TKA tidak akan diungkapkan ke publik. Kemendikdasmen akan mengumumkan hasil TKA langsung kepada siswa dan pihak sekolah, serta pemerintah daerah. "Sehingga nanti penyampaian hasil tes TKA itu tidak bersifat publik, tapi bersifat kelembagaan," kata dia.

Koalisi Barisan Guru Indonesia (Kobar Guru Indonesia) menilai pernyataan Mendikdasmen yang mengaitkan rendahnya hasil TKA Matematika dengan kualitas guru dan buku pelajaran terlalu tergesa-gesa dan tidak berbasis analisis menyeluruh. “Seharusnya menteri tidak semudah dan secepat itu mengambil kesimpulan. Harus ada analisis mendalam dengan melihat berbagai aspek penyebab rendahnya hasil TKA Matematika,” kata Ketua Kobar Guru Indonesia, Soeparman Mardjoeki Nahali saat dihubungi, pada Senin, 24 November 2025.

Ia menilai pernyataan Menteri Pendidikan Dasar hanya mengulang pola serupa ketika sebelumnya menyinggung fenomena sedekah nilai tanpa basis data kuat. “Penyebab hasil TKA yang buruk pun dengan mudahnya dilemparkan kepada guru dan buku,” katanya.

Menurut Soeparman, berbagai kesaksian murid dan guru justru menunjukkan persoalan terletak pada desain dan pelaksanaan TKA itu sendiri. Ia menyebut sedikitnya lima faktor yang dikeluhkan peserta. Yaitu, kisi-kisi soal diterbitkan terlalu dekat dengan waktu ujian, materi soal tidak sesuai dengan yang diajarkan di kelas, waktu pengerjaan sangat terbatas, kendala teknis saat pelaksanaan, dan tekanan psikologis yang memengaruhi performa siswa.

“Jadi, hasil TKA rendah bukanlah kesalahan anak-anak dan guru, tetapi memang kebijakannya yang salah,” kata Soeparman.

Kobar Guru Indonesia mendesak Kemendikdasmen mengevaluasi secara komprehensif terhadap sistem TKA, termasuk perancangan soal, kesiapan teknis, dan dampaknya terhadap siswa sebelum membuat pernyataan publik yang menyalahkan pihak sekolah.

Dinda Shabrina berkontribusi dalam tulisan ini

Pilihan Editor: Harap-Cemas Nilai TKA Jadi Syarat Masuk Universitas 

Read Entire Article