TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan rencana pembukaan cabang rumah sakit asing di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat di Indonesia, bukan untuk kelompok tertentu. Ia merespons kekhawatiran soal rencana membuka RS asing di Indonesia itu hanya akan dirasakan oleh kelompok kelas atas.
Budi Gunadi menyampaikan selama ini ada sekitar dua juta warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri tiap tahun. Ini menjadi bukti bahwa sistem layanan kesehatan dalam negeri masih belum memenuhi harapan publik, terutama dari segi akses, kualitas, dan harga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau bagus kan mereka di sini. Tapi ini buktinya 2 juta pergi ke luar negeri. Itu karena aksesnya lebih mudah, kualitasnya bagus, dan harganya terjangkau,” kata dia saat ditemui usai rapat dengan Komisi 9 DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta Selatan, Rabu, 16 Juli 2025.
Budi menyebut kebijakan Presiden Prabowo Subianto untuk membuka izin rumah sakit asing untuk beroperasi di Indonesia sebagai bentuk kepedulian terhadap 280 juta rakyat Indonesia. Di menilai selama ini banyak masyarakat belum mendapat pelayanan memadai. Ia mengatakan regulasi tentang itu sebenarnya sudah diatur sejak Undang-Undang Cipta Kerja 2023.
“Pak Prabowo bilang ke saya, 'Budi, tolong pikirkan masyarakat, supaya bisa akses layanan kesehatan yang baik.’ Jadi ini bukan soal pro asing, tapi soal rakyat,” kata Budi.
Menjawab kekhawatiran soal nasib tenaga kesehatan lokal, Budi mengatakan rumah sakit asing yang membuka cabang di Indonesia justru akan menyerap banyak tenaga medis dalam negeri. Ia membandingkan skenario ini dengan rumah sakit di Malaysia yang justru mempekerjakan orang asing untuk melayani pasien Indonesia.
“Kalau mereka buka rumah sakit di sini, ya pasti dong melibatkan tenaga kesehatan lokal. Itu justru menciptakan lapangan kerja bagi ratusan ribu nakes kita,” ujarnya.
Budi juga menolak anggapan bahwa lebih baik pemerintah hanya fokus membenahi rumah sakit lokal daripada mengundang investor asing. Ia menggunakan analogi sektor perhotelan untuk menggambarkan perbedaan manajemen dan kualitas layanan.
“Coba lihat hotel dikelola lokal zaman dulu, dengan hotel yang dikelola asing. Bagusan yang mana? Kan bagusnya dikelola dia (asing) kan?” ucapnya. “Kenapa kita membiarkan masyarakat kita sengsara dengan fasilitas kesehatan yang jelek, padahal ada fasilitas standar internasional yang bisa kita hadirkan?”