Megawati Soekarnoputri Gaungkan Kemerdekaan Hakiki Palestina dan Serukan Persatuan Global di Blitar

1 month ago 24

INFO NASIONAL - Presiden Kelima Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menyerukan kembali pentingnya kemerdekaan hakiki bagi Palestina dan persatuan global negara-negara Asia–Afrika.

Seruan itu ia sampaikan dalam pidato kuncinya pada seminar internasional “Commemorative Seminar of the 70th Anniversary of the 1955 Bandung Asian–African Conference: Bung Karno in a Global History”, di Auditorium Sukarno, Kompleks Makam Bung Karno, Blitar, Sabtu, 1 November 2025.

Acara tersebut dihadiri akademisi dan peneliti dari 32 negara dan menjadi bagian dari peringatan 70 tahun Konferensi Asia–Afrika (KAA), yang digelar di kota kelahiran Sang Proklamator.

Dalam pidatonya yang bernuansa reflektif, Megawati menegaskan bahwa semangat Dasa Sila Bandung belum benar-benar terwujud selama Palestina belum merdeka secara penuh.

“Saya selalu bertanya kepada para pemimpin Asia–Afrika, apa yang telah dihasilkan dari Dasa Sila Bandung bagi negerimu? Banyak memang yang sudah merdeka. Tetapi kemerdekaan hakiki seperti yang diinginkan Bung Karno, apakah betul sudah terlaksana?” ujar Megawati.

Ia menekankan bahwa dukungan terhadap Palestina bukan semata isu politik, melainkan persoalan moral dan kemanusiaan universal yang berakar dari ajaran Bung Karno. “Bagi saya, Palestina harus berdaulat dan merdeka penuh, bukan hasil dari tawar-menawar,” tegasnya.

Pernyataan Megawati menegaskan kembali posisi Indonesia yang konsisten membela Palestina di berbagai forum internasional, termasuk Sidang Umum PBB dan Global Civilization Dialogue di Beijing pada Juli 2025.

Dalam pandangannya, Konferensi Asia–Afrika bukan sekadar peristiwa diplomatik historis, tetapi manifesto moral dunia yang tetap relevan di tengah ketimpangan global, konflik, dan krisis kemanusiaan yang terus berlangsung. “KAA adalah simbol paling kuat dari visi internasional Bung Karno. Dunia harus kembali menghidupkan semangatnya untuk membangun tata dunia yang adil dan berkelanjutan,” ujarnya.

Megawati mengingatkan bahwa solidaritas Asia–Afrika tidak boleh berhenti sebagai romantisme sejarah. Ia menilai semangat itu harus diterjemahkan dalam kerja sama nyata menghadapi tantangan masa kini, seperti perubahan iklim, ketimpangan ekonomi, dan neokolonialisme digital.

“Kalau kita bisa berpikir futuristik untuk masa depan, maka kita juga harus berani bersatu mewujudkannya. Karena jika tidak, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada dunia di masa depan,” ujar Megawati menutup pidatonya.

Read Entire Article