INFO NASIONAL - Kementerian Sosial (Kemensos) menggelar wisuda bagi 1.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Yogyakarta. Prosesi ini menandai keberhasilan para KPM naik kelas menjadi keluarga yang berdaya dan mandiri setelah menjalani berbagai program pemberdayaan dan pelatihan keterampilan.
"Yang hadir di sini adalah para penerima manfaat yang selama ini mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Dan sekarang mereka sudah dinyatakan lulus untuk tidak lagi perlu mendapatkan bantuan sosial, tetapi akan beralih ke program-program pemberdayaan, seperti bantuan modal, bantuan usaha, bantuan bahan baku dan pelatihan-pelatihan yang mungkin bisa meningkatkan kemampuan usaha dari bapak-ibu sekalian," ujar Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul saat memberikan arahan.
Gus Ipul menegaskan bahwa bantuan sosial hanya bersifat sementara, sedangkan pemberdayaan menjadi bekal sepanjang hayat.
"Bantuan sosial hadir sebagai awal proses pemberdayaan, bukan akhir perjuangan karena bantuan sosial sementara, berdaya selamanya," katanya.
Ia juga menegaskan bahwa bansos adalah hak sementara, bukan identitas tetap. "Bansos adalah tangan yang menangkap, bukan tali yang mengikat. Ini adalah hak sementara, bukan identitas tetap," tambah Gus Ipul.
Dalam pidatonya, Gus Ipul mengungkapkan lima kunci utama agar KPM bisa lulus dari ketergantungan pada bansos. Pertama, keberanian untuk memulai hidup tanpa mengandalkan bantuan. "Jadi ibu-bapak sekalian yang sekarang graduasi ini sebenarnya sedang menegakkan kepala bahwa kami mampu, kami bisa, kami tolak bansos, kami berdaya," ujarnya.
Kedua, membangun kemandirian untuk bisa berdiri di atas kaki sendiri. Ketiga, graduasi membuka ruang baru bagi KPM sekaligus memberi kesempatan bagi orang lain yang masih membutuhkan bantuan.
"Dengan Anda mandiri, ruang bantuan tersedia untuk mereka yang lebih membutuhkan. Jadi yang lulus ini pada dasarnya sedekah, pada dasarnya juga amal ibadah untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang lebih membutuhkan," katanya, menjelaskan.
Keempat, menjadi inspirasi bagi orang lain bahwa kemiskinan bukanlah nasib yang tak bisa diubah. Kelima, menciptakan narasi baru sebagai pemenang yang berhasil keluar dari jeratan kemiskinan.
"Anda adalah bukti nyata bahwa nasib bisa diubah. Saat ini bapak-ibu adalah harapan bagi banyak orang," kata Gus Ipul.
Pada kesempatan yang sama, Kemensos juga menandatangani nota kesepahaman dengan 16 perguruan tinggi di DIY untuk mempercepat penanganan kemiskinan melalui pemberdayaan sosial.
"Kolaborasi ini dalam rangka percepatan penanganan kemiskinan melalui pemberdayaan sosial," ujar Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Mira Riyati.
Adapun 16 perguruan tinggi tersebut di antaranya UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, UMY, UII, Universitas Gunung Kidul, hingga Akademi Pembangunan Masyarakat Desa Yogyakarta.
Rektor UGM, Prof dr Ova Emilia, menyambut baik kerja sama ini dan menegaskan kesiapan UGM melalui Fisipol dan Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat untuk segera merealisasikan program percepatan pengentasan kemiskinan di DIY.
"Semoga dengan sinergi yang telah dibangun dapat semakin memperkuat pengembangan kapasitas sumber daya manusia di negeri yang kita cintai," kata Ova.(*)