TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bali I Wayan Koster menyebut insentif untuk anak-anak bernama Nyoman dan Ketut—anak ketiga dan keempat dalam tradisi Hindu Bali—bakal cair mulai tahun depan. Dia menyampaikan ini dalam acara penutupan Bulan Bung Karno pada 1 Juli 2025.
Insentif ini, menurut politikus PDI Perjuangan tersebut, untuk memastikan keberlangsungan penerus Bali. Sebab, belakangan ini umat Hindu Bali cenderung hanya memiliki dua anak. Sehingga anak-anak bernama Nyoman dan Ketut semakin sedikit pula.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebagai penerus Bali, seperti Nyoman dan Ketut tadi. Nyoman-Ketut programnya akan mulai diberlakukan tahun 2026 insentifnya,” tutur Koster, di Prime Plaza Sanur, Denpasar, sebagaimana disiarkan di kanal YouTube resmi DPP PDI Perjuangan Bali.
Dia menjelaskan, insentif dari pemerintah ini diberikan sejak ibu hamil anak ketiga dan anak keempatnya. Pada masa kehamilan itu, sang ibu dan janinnya bakal mendapat perawatan khusus.
Kemudian bagi masyarakat miskin, ketika sang bayi sudah lahir, maka akan diberikan bantuan sosial berupa beras, telur, hingga susu. Hal ini supaya gizi anak punya status baik.
Tak hanya itu, biaya pendidikan untuk Nyoman dan Ketut juga akan digratiskan. “Begitu sekolah, pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, gratis,” ujar Koster.
Lalu untuk keluarga miskin, biaya pendidikan tinggi bagi Nyoman dan Ketut juga ditanggung pemerintah. “Masuk ke perguruang tinggi, yang miskin akan ditanggung cost-nya oleh pemerintah Bali, dalam program satu keluarga satu sarjana,” kata dia.
Maret 2025 lalu, Koster menyatakan bahwa insentif yang diberikan bukan berupa uang tunai melainkan berupa program-program.
“Nanti insentifnya macam-macam, ada pendidikan, kesehatan; bukan uang, tapi ada nanti, tenang aja, lagi dirumuskan,” ujar dia, Selasa, 4 Maret 2025, sebagaimana diberitakan Antara.
“Nanti akan diberikan insentifnya supaya mau melahirkan empat anak tapi dengan catatan tidak menambah istri,” kata Koster.
Dia mengungkapkan, ada andil program keluarga berencana dua anak sehingga kebanyakan umat Hindu Bali kini hanya memiliki dua anak.
Dari catatan Gubernur Koster, saat ini jumlah penduduk Bali sebanyak 4,4 juta jiwa atau hanya 1,6 persen dari total penduduk Indonesia.
Pertumbuhan penduduk Bali per tahun hanya sebesar 0,66 persen, atau cenderung melambat dari tahun ke tahun. Bahkan lebih rendah dari pertumbuhan penduduk Indonesia yang sebesar 1,04 persen per tahun.
Menurut Koster situasi ini perlu menjadi perhatian, sehingga Pemerintah Provinsi Bali pun merancang pemberian insentif. “Ini termasuk tergerusnya budaya Bali, nama Nyoman dan Ketut hampir punah di Bali, harus kita jaga ini, kalau tidak Nyoman dan Ketut tinggal di museum,” kata Koster dalam pidato perdananya di Rapat Paripurna DPRD Bali.