Cerita Dokter di Aceh Melayani Pasien di Tengah Banjir dan Listrik Mati

4 days ago 7

PARA tenaga medis di rumah sakit-rumah sakit Aceh kalangkabut pada Rabu, 25 November 2025. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Aceh Raihan bercerita ketika itu aliran listrik mendadak mati total seiring dengan banjir bandang dan tanah longsor melanda hampir separuh kabupaten dan kota di Aceh.

Raihan menuturkan saat itu mereka mencoba bertahan dengan menggunakan genset. Sejumlah dokter yang memiliki pasien gawat darurat tetap melakukan tindakan medis seperti operasi hanya dengan fasilitas seadanya. Sementara sebagian pelayanan lain ditunda.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

"Pada saat itu listrik pakai genset itu di rumah sakit. Waktu itu dua hari dua malam lebih terisolir. Memang ditutupkan, sinyal internet terbatas," kata Raihan melalui video telekonferensi pada Senin, 1 Desember 2025.

Kondisi pasca-banjir bandang dan tanah longsor juga tak kalah memprihatinkan. Di Rumah Sakit Pidie Jaya, misalnya, sebagai satu-saturnya rumah sakit di kota tersebut, Raihan berkata dalam sekejap pasien di rumah sakit tersebut membludak. Hal itu membuat rumah sakit di sana mengalami kekurangan dokter, tenaga medis, hingga obat-obatan. 

"Jadi waktu itu hampir kolaps pelayanan. Direkturnya minta saya dan teman-teman yang ada di sana (Banda Aceh) mengirimkan bantuan," kata Raihan. 

Tak sampai di situ, masalah muncul lantaran dokter tambahan dan bantuan obat-obatan sulit masuk ke Pidie Jaya lantaran ruas jalan ke wilayah tersebut terputus. Dokter tambahan dan obat-obatan baru bisa masuk ke daerah terisolir ini di hari ke-enam atau pada Senin, 1 Desember 2025. 

Menurut Raihan, krisis layanan kesehatan yang sama juga terjadi di wilayah-wilayah terisolir, seperti Aceh Tamiang, Langsa, Aceh Tengah, dan Gayo Luwes. "Di Pidie Jaya bahkan dokter spesialis anestesinya itu menjadi driver ambulans untuk memindahkan dan mengevakuasi pasiennya." tutur dia.

Raihan juga berujar hari ini sejumlah bantuan sudah mulai bisa masuk menggunakan helikopter.

Bencana yang menyapu setidaknya tiga provinsi—Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat— ini terjadi secara bersamaan pada 25 November 2025. Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban meninggal akibat bencana di Sumatera itu per Senin malam, 1 Desember 2025 mencapai 604 orang. Rinciannya, 151 korban meninggal di Aceh, 165 korban jiwa di Sumatra Barat, dan 283 di Sumatera Utara. 

Di Provinsi Aceh, hingga Ahad sore tercatat 96 jiwa meninggal dan 75 jiwa hilang. Korban meninggal tersebar di Bener Meriah, Aceh Tengah, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Aceh Timur, Lhokseumawe, Gayo Lues, Subulussalam, dan Nagan Raya. Adapun jumlah pengungsi mencapai 62.000 KK di berbagai kabupaten/kota.

Read Entire Article