BMKG: Operasi Modifikasi Cuaca Dilakukan Setelah Gubernur Tetapkan Darurat Bencana

5 days ago 17

KEPALA Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Teuku Faisal Fathani mengatakan operasi modifikasi cuaca hanya bisa dilakukan setelah gubernur menerbitkan status siaga darurat bencana. “Tanpa status siaga darurat itu operasi tidak bisa dilaksanakan,” kata Teuku saat rapat koordinasi pemerintah pusat dan daerah di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin, 1 Desember 2025.

Apabila gubernur menerbitkan status siaga darurat, pemerintah daerah bisa berkomunikasi dengan perwakilan BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Teuku mengatakan BMKG dan BNPB akan hadir di provinsi tersebut untuk mengevaluasi apa perlu operasi modifikasi cuaca. “Biayanya sangat mahal Bapak Ibu, jadi mohon nanti kami akan menerapkan skala prioritas,” kata Teuku. 

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Teuku bercerita, saat ini BMKG dan BNPB melakukan operasi modifikasi cuaca di Danau Toba, Sumatera Utara. Ia mengatakan permukaan air Danau Toba semakin turun karena curah hujan yang sedikit. Sehingga menganggu operasi Pembangkit Listrik Tenaga Air di Asahan, termasuk mengganggu biodiversitas danau. “Satu lagi yang sedang berlangsung di Jawa Timur, yaitu di Semeru,” katanya. 

Operasi modifikasi cuaca dilakukan untuk mencegah piroklastik deposit di bagian hulu turun ke bawah menjadi lahar dingin. 

Namun Teuku menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca tidak bisa mencegah badai siklon. Alasannya, ekskalasi siklon terlalu besar dan sangat berisiko. 

Teuku mengatakan siklon tropis Senyar menjadi penyebab bencana banjir di Sumatera. Ia mengatakan Indonesia sebetulnya bukan daerah rawan bahaya siklon. Umumnya, siklon terjadi di utara atau perairan Pasifik sebelah barat. Di sana siklon terbentuk di utara Papua kemudian melintasi Filipina dan berakhir di Laut Cina Selatan. Oleh karena itu, Filipina bisa dilalui siklon lebih dari sepuluh kali dalam setahun. 

Siklon yang terbentuk umumnya tidak akan mendekati khatulistiwa karena efek coriolis atau perputaran bumi yang lemah. Sehingga siklon tidak terbentuk di khatulistiwa dan hanya di wilayah dengan koordinat lebih tinggi daripada 5 derajat lintang utara dan 5 derajat lintang selatan.

“Tapi ternyata terjadi anomali karena anomali atmosfer. Kemudian cuaca, seruakan dingin, dan sebagainya. Sehingga terbentuklah yang kita kenal dengan Siklon Senyar di Selat Malaka,” kata Teuku.

Pada saat yang sama, kata dia, suhu hangat di Selat Malaka membentuk awan hujan yang banyak. Sehingga Siklon Senyar berkategori paling rendah pun bisa menimbulkan dampak bencana yang sangat besar.

Teuku mengatakan siklon terjebak di antara dataran Sumatera dan Semenanjung Malaysia dan berputar di sana. Sehingga mengakibatkan hujan lebat terjadi lebih dari dua atau tiga hari.

“Di Pos Langsa itu tercatat 380 milimeter hujannya, itu hujan satu bulan dijatuhkan dalam satu hari,” ujar Teuku. “Jadi kita bisa bayangkan bagaimana dahsyatnya bencana yang kita alami di Taifun Senyar yang lalu.”

Read Entire Article