Liputan6.com, Jakarta Nomor punggung dalam sepak bola kerap kali lebih dari sekadar angka. Ia bisa menjadi simbol, beban, sekaligus pengingat akan warisan yang ditinggalkan para legenda sebelumnya. Dan itulah yang kini diemban Viktor Gyokeres.
Resmi bergabung dengan Arsenal, striker asal Swedia itu memilih mengenakan nomor punggung 14, angka yang lekat dengan nama-nama besar di sejarah The Gunners, terutama Thierry Henry.
Kepastian transfer Gyokeres ke Emirates Stadium menjadi salah satu saga musim panas yang paling menyita perhatian. Proses negosiasi antara Arsenal dan Sporting CP sempat berjalan berliku, penuh ketegangan dan drama.
Bahkan, tak sedikit pengamat yang menyebut proses transfer ini mendekati kekonyolan, terutama karena perundingan yang seolah dilakukan di ruang publik. Setiap perkembangan kecil langsung menjadi santapan media, tak lepas dari luapan frustrasi Presiden Sporting, Frederico Varandas.
Namun, pada akhirnya, semua pihak menemukan kata sepakat. Arsenal harus merogoh kocek dalam hingga €63,5 juta, plus bonus hingga €10 juta, demi mendapatkan penyerang yang musim lalu mencetak 43 gol di semua ajang untuk Sporting.
Dan kini, dengan seragam merah khas Arsenal dan angka 14 di punggungnya, Gyokeres resmi menjadi bagian dari proyek besar Mikel Arteta: merebut kembali kejayaan Arsenal.
Di Arsenal, Nomor 14 Lebih dari Sebuah Angka
Nomor punggung 14 bukan sembarang angka di Arsenal. Itu adalah nomor yang dibawa Thierry Henry saat ia mengukir namanya sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa klub, 226 gol selama dua periode, dengan 228 gol secara keseluruhan.
Ironisnya, saat pertama tiba dari Juventus pada 1999, Henry ingin mengenakan nomor 12, sama seperti di Monaco dan Timnas Prancis. Namun, karena nomor itu sudah dipakai Christopher Wreh, Henry pun 'terpaksa' mengambil nomor 14.
Setelah Henry, tongkat estafet nomor 14 jatuh ke Theo Walcott. Pemain Inggris yang dikenal dengan kecepatan kilatnya itu sempat menjadi harapan besar Arsenal pasca-era Henry. Ia mencetak 108 gol selama satu dekade di London utara, namun tak pernah benar-benar mencapai potensi maksimalnya.
Pierre-Emerick Aubameyang kemudian menjadi pewaris selanjutnya. Bersinar di awal, mencetak gol demi gol, hingga mengantar Arsenal juara Piala FA 2020. Namun, kisahnya di Emirates berakhir getir, setelah konflik internal dengan Arteta membuatnya hengkang ke Barcelona.
Terakhir, Eddie Nketiah. Penyerang muda didikan akademi yang diberi kepercayaan mengenakan nomor keramat itu. Namun hingga tahun 2024, ia belum pernah mencetak lebih dari lima gol Liga Inggris dalam satu musim. Angka yang tak cukup untuk menghapus bayang-bayang para pendahulunya.
Mampukah Gyokeres Mengangkat Warisan?
Kini beban itu berada di pundak Viktor Gyokeres. Penyerang bertubuh kekar yang musim lalu menjadi mesin gol di Portugal itu datang dengan reputasi mentereng.
Gyokeres digadang-gadang sebagai potongan terakhir dalam puzzle Arsenal untuk mengakhiri puasa gelar Premier League yang sudah berlangsung dua dekade.
Namun, tekanan akan datang dari segala arah. Dari harga mahal, ekspektasi tinggi suporter, hingga sejarah berat nomor 14. Gyokeres bukan hanya harus mencetak gol, tapi juga menjadi simbol era baru.
Sama seperti Henry dahulu, ia harus melampaui keraguan dan menjelma menjadi panutan di lapangan.