
SELAMA bertahun-tahun, tata kelola royalti masih mengalami jalan terjal dan mencuatkan perbincangan. Beberapa yang jadi catatan di antaranya adalah ketidakterbukaan Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) dan Lembaga Manajemen Kolektif (LMK), yang datanya tidak sinkron, proses penarikan manual, hingga distribusi yang rawan bias.
PP 56/2021 tentang Pengelolaan Royalti Lagu dan/atau Musik mengamanatkan LMKN untuk membangun Sistem Manajemen Royalti (SILM) serta Gerbang Musik (PDLM) yang berperan sebagai pondasi digital. Ini untuk memastikan semua data lagu, pencipta, dan pengguna tersimpan rapi serta dapat diverifikasi. Namun, hingga kini hal tersebut belum dijalankan.
Di tengah situasi itu, muncul platform teknologi yang kini tengah berusaha mendorong perhatian pemerintah agar dapat menjadi standar nasional. Velodiva, yang dibuat oleh VNT Networks, menawarkan solusi SILM dan PDLM yang belum bisa dibangun oleh LMKN. Platform tersebut memungkinkan keterbukaan pencatatan penggunaan lagu di berbagai tempat, secara real time,dan bisa melihat seberapa banyak suatu lagu diputar.
Saat ini, VNT Networks mengungkapkan sudah ada ratusan klien pelaku usaha komersial yang menggunakan Velodiva untuk menjamin legalitas memutar musik tanpa melanggar aturan royalti.
Menurut Vedy Eriyanto, pendiri VNT Networks, platformnya menjawab kebutuhan dengan menghadirkan layanan musik berlisensi yang langsung terhubung dengan basis data LMK. Selain itu, sistem otomatisnya mencatat lagu yang diputar, sehingga distribusi royalti menjadi lebih adil dan transparan.
“Velodiva membantu LMKN untuk mengolek usage musik di luar sana. LMKN selalu berkata untuk ada SILM karena terkendala bujet. Hari ini, kami ingin sampaikan, teknologinya sudah ada,” kata Vedy Eriyanto saat ditemui di Jakarta, Selasa (19/8).
Saat ini, Velodiva sudah menjadi mitra LMKN. Namun, posisi Velodiva hanya sebagai pelapor penggunaan lagu dari para klien yang berlangganan ke mereka. Sehingga pelaporan data oleh LMKN pun masih kembali manual, padahal, menurut Vedy, platformnya sudah bisa mengakomodasi pencatatan secara real time dan akurat.
Apa yang diharapkan Vedy adalah platformnya bisa menjadi solusi perihal transparansi data penggunaan lagu. Tak hanya pelaku usaha, platformnya juga mengakomodasi kebutuhan bagi para pelaku musik baik pencipta lagu, penulis lagu, dan pemilik hak terkait. Mereka bisa melihat metadata penggunaan lagu di platform Velodiva.
Di ranah pertunjukan, masalah yang sama juga kerap muncul. Proses perizinan, pencatatan, hingga pembayaran royalti untuk konser atau acara seringkali berbelit. VNT Networks saat ini juga telah menghadirkan Velostage sebagai platform khusus yang mempermudah penyelenggara event melakukan proses tersebut secara digital. Mulai dari mengajukan izin, menyusun daftar lagu, hingga melaporkan penggunaan musik, semua bisa dilakukan dalam satu ekosistem.
“Namun, memang saat ini kami masih terkendala proseduralnya, step by step agak sedikit panjang birokrasi. Regulasinya harus diadopsi juga. Kalau mau duduk beresin ini, harusnya ada DPR, Istana, dan kementerian terkait,” ungkap Vedy.
“Kami ingin menghadirkan solusi nyata. Regulasi perlu diterjemahkan ke dalam sistem yang konkret, yang bisa dipakai langsung oleh pengguna, pelaku usaha, hingga regulator,” tuturnya.(M-2)