Liputan6.com, Jakarta - Teknologi kecerdasan buatan (AI) selama ini kerap digambarkan sebagai solusi masa depan untuk meningkatkan efisiensi kerja, terutama di sektor teknologi dan pengembangan perangkat lunak.
Berbagai perusahaan teknologi dunia berlomba menghadirkan AI sebagai “asisten super” yang bisa membantu developer menulis kode lebih cepat, mengurangi kesalahan, hingga mempercepat siklus produksi aplikasi.
Namun, anggapan itu tampaknya tidak sepenuhnya akurat. Sebuah studi baru justru mengungkap sisi lain dari penggunaan AI dalam dunia pemrograman.
Mengutip Reuters, Senin (14/7/2025), riset terbaru menunjukkan alat bantu berbasis AI malah memperlambat kerja para developer berpengalaman. Temuan ini tentu cukup mengejutkan, apalagi bertolak belakang dari ekspektasi banyak pelaku industri.
Penelitian tersebut dilakukan oleh METR, organisasi riset nirlaba yang fokus pada pengujian teknologi AI dalam dunia nyata.
Para peneliti dari METR mengamati langsung bagaimana sekelompok programmer senior menggunakan Cursor, salah satu AI coding assistant yang saat ini cukup populer di kalangan developer.
Saat diminta memanfaatkan AI dalam tugas tersebut, mereka awalnya percaya bahwa produktivitas akan meningkat tajam. Bahkan, sebelum tugas dimulai, mereka memperkirakan waktu penyelesaian bisa berkurang hingga 24 persen.
Harapan itu tidaklah tanpa alasan. Selama ini, AI dianggap mampu membantu menyederhanakan proses coding dengan memberikan saran instan, memperbaiki error, hingga menyusun ulang struktur kode.
Dengan adanya asisten seperti Cursor, banyak yang mengira pekerjaan menulis kode akan menjadi lebih ringan, cepat, dan akurat. Namun studi ini membuktikan bahwa kenyataan tak selalu sesuai harapan.
Fakta Tak Sesuai Ekspektasi
Studi METR mencatat waktu penyelesaian tugas malah meningkat sebesar 19 persen saat AI digunakan.
Artinya, pekerjaan menjadi lebih lambat ketimbang saat dikerjakan secara manual oleh developer yang sudah berpengalaman. Salah satu penulis studi, Joel Becker, mengaku cukup terkejut dengan hasil ini.
“Ketika kami menonton rekaman videonya, AI memang memberikan saran, tapi sering kali hanya ‘hampir benar’ dan tidak sesuai kebutuhan,” ujarnya.
Nate Rush, rekan Becker yang juga peneliti studi, awalnya memperkirakan AI akan menggandakan kecepatan kerja developer. Namun ia justru mendapati AI lebih sering menambah beban karena saran yang perlu dikoreksi ulang.
Studi ini menepis anggapan populer bahwa AI selalu membuat engineer lebih produktif. Padahal, asumsi itu menjadi dasar banyak investasi besar dalam pengembangan tools AI untuk software development.
AI Tak Cocok untuk Semua Situasi
Penelitian sebelumnya memang sempat menunjukkan hasil berbeda. Misalnya, satu studi menyatakan AI bisa meningkatkan kecepatan coder hingga 56 persen. Namun studi METR membuktikan bahwa hasil tersebut tidak berlaku di semua kondisi.
Faktor pentingnya adalah konteks. Studi ini menyoroti bahwa developer yang sangat mengenal kode yang sedang mereka kerjakan justru lebih lambat jika menggunakan AI.
Alasannya sederhana: mereka harus meluangkan waktu tambahan untuk meninjau dan memperbaiki saran yang diberikan oleh AI. Proses ini ternyata lebih memakan waktu daripada menulis kode secara langsung.
Meski Lambat, AI Tetap Diminati
Meskipun hasilnya tidak seperti yang diharapkan, sebagian besar peserta studi masih tetap menggunakan AI hingga kini. Mereka mengaku AI membuat proses development terasa lebih ringan dan tidak terlalu melelahkan.
Joel Becker menambahkan bahwa developer tidak selalu mengejar hasil tercepat.
“Kadang mereka memilih jalur yang lebih ringan secara kognitif,” katanya.
Dengan kata lain, AI mungkin tidak mempercepat proses, tetapi membuat pengalaman kerja jadi lebih menyenangkan. Seperti mengedit tulisan, bukan memulai dari halaman kosong.
Para penulis studi pun mengakui bahwa temuan ini kemungkinan tidak berlaku untuk semua level developer. Dalam skenario lain, seperti pemula atau mereka yang bekerja dengan kode asing, AI mungkin tetap sangat membantu.