Penyebab Parental Burnout, Mulai dari Kepribadian hingga Tuntutan Lingkungan

1 month ago 36
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi orangtua adalah peran yang mulia, namun sekaligus menguras energi secara fisik, emosional, dan mental. Tekanan dalam menjalankan peran ini bisa sedemikian besarnya hingga menyebabkan kondisi yang disebut sebagai parental burnout.

Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen FEMA IPB University, Dr. Nur Islamiah menjelaskan bahwa untuk memahami penyebab parental burnout, kita perlu melihat fenomena yang terjadi di masyarakat serta merujuk pada berbagai penelitian. Ia membagi penyebab parental burnout ke dalam dua kategori besar: faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor Eksternal: Lingkungan yang Penuh Tuntutan

“Kalau faktor eksternal itu terkait dengan kultur atau budaya setempat, tuntutan-tuntutan dari lingkungan terhadap orangtua, itu ternyata bisa berpengaruh juga loh terhadap bagaimana orang tua itu mempersepsikan dia orang tua yang baik atau nggak,” ungkap Nur dalam IPB Podcast: Mengenal Parental Burnout, dikutip Minggu (13/4). 

Misalnya, tekanan dari keluarga besar seperti mertua yang kerap melontarkan komentar negatif tentang pola asuh atau tumbuh kembang anak bisa menjadi beban tersendiri.

“Misalnya, kok anaknya kurus? Padahal itu ada tuntutan-tuntutan dari lingkungan,” lanjutnya.

Kurangnya dukungan dari pasangan maupun keluarga besar dalam pengasuhan anak juga memperparah situasi. Orangtua yang merasa tak memiliki "backup" dalam mengasuh anak cenderung merasa sendirian dan kewalahan.

Faktor Internal: Perfeksionisme dan Minimnya Keterampilan

Tak hanya faktor eksternal, kondisi internal dalam diri orangtua juga memegang peranan penting. Beberapa faktor demografi seperti jumlah anak, tingkat pendidikan, dan kondisi sosial ekonomi memang turut mempengaruhi, meskipun tidak terlalu signifikan.

“Yang pertama adalah terkait dengan kepribadian dari si orangtua tersebut. Misalnya contohnya perfeksionis,” jelas Nur.

Ia menyebutkan bahwa keinginan menjadi orang tua sempurna justru bisa menjadi jebakan. “Masalah itu dicari-cari sendiri… akhirnya membuat kita jadi burnout tadi.”

Selain itu, minimnya keterampilan dalam mengasuh anak, terutama dalam hal regulasi emosi, menjadi penyebab yang cukup besar. Tanpa kemampuan ini, orang tua cenderung mudah meledak saat menghadapi anak yang tantrum.

“Kalau nggak punya kemampuan skill regulasi emosi, adanya kan ngamuk, marah. Terus kalau udah marah kayak gitu, biasanya nyesel. Malam-malam nyesel, terus besok kayak gitu lagi,” katanya.

Dampak Fisik dan Mental yang Mengkhawatirkan

Parental burnout bukan sekadar kelelahan biasa. Ia berdampak nyata pada kesehatan fisik dan mental orangtua. Nur menyebutkan bahwa penelitian menunjukkan tingkat hormon hair cortisol—indikator stres—pada orangtua yang mengalami burnout dua kali lipat lebih tinggi dibanding pasien nyeri kronis.

“Artinya lebih parah. Jadi menderita banget kan,” katanya.

Secara psikosomatis, burnout bisa menyebabkan sakit kepala, gangguan tidur, hingga masalah pencernaan yang tak terdeteksi secara medis. Dalam jangka panjang, burnout juga bisa memicu gangguan kecemasan, depresi, bahkan keinginan mengakhiri hidup.

“Sampai seperti itu karena udah merasa gagal, ngapain dong? Ngapain hidup lagi?” ujar Nur dengan nada prihatin.

Hubungan Orangtua dan Anak Ikut Terkorbankan

Dampak burnout bukan hanya dirasakan orangtua, tapi juga anak. Ketegangan emosional antara orang tua dan anak bisa menyebabkan jarak emosional, bahkan konflik.

“Anak kan juga pasti berjarak secara emosi. Artinya orang tua kok marah-marah terus ya… akhirnya anaknya juga nggak ngerasa nyaman ada di sekitar orang tua,” jelas Nur.

Jika tidak ditangani, hal ini bisa berkembang menjadi penelantaran atau bahkan kekerasan terhadap anak.

“Udah susah ini anak, susah diaturnya, udah aku mau cuek aja. Atau malah akhirnya melakukan kekerasan pada anak karena udah burnout banget.”

Mencegah dan Mengatasi Parental Burnout

Lalu, bagaimana cara mencegah atau mengatasi parental burnout? Dr. Nur menekankan pentingnya memahami akar masalah, baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi eksternal, sangat penting menciptakan lingkungan yang minim tuntutan terhadap orangtua.

Di sisi internal, orangtua perlu dibekali keterampilan dalam mengasuh anak, termasuk kemampuan mengelola emosi dan merawat diri. Menyadari bahwa menjadi orang tua tidak harus sempurna, serta berani meminta bantuan saat lelah, adalah langkah awal yang penting.

Menjadi Orangtua, Bukan Superhero

Parental burnout adalah alarm bahwa ada yang perlu diperbaiki dalam sistem dukungan dan ekspektasi terhadap orang tua. Dengan membongkar faktor-faktor penyebabnya, seperti yang dijabarkan oleh Dr. Nur Islamiah, kita belajar bahwa menjadi orang tua bukan berarti harus menjadi superhero.

Orangtua juga manusia—yang butuh istirahat, butuh dukungan, dan berhak untuk merasa lelah. Dan itu semua, sah-sah saja.

Read Entire Article