Liputan6.com, Jakarta - Tumbuh kembang anak tidak hanya dipengaruhi oleh asupan nutrisi saja, melainkan juga kualitas tidurnya. Dokter spesialis anak Yuni Astria mengatakan, kualitas tidur mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan yang berperan penting bagi tumbuh kembang anak.
Menurutnya, produksi hormon pertumbuhan mencapai puncak pada pukul 23.00 hingga 01.00.
"Jadi growth hormone ini dihasilkan saat tidur, itu puncak-puncaknya ketika jam 11 sampai jam satu, kurang lebih antara range segitu," kata dokter lulusan Universitas Indonesia itu dalam acara bertajuk "Tidur Nyenyak Anak Hebat" di Jakarta, Kamis, dilansir ANTARA.
Adapun hormon pertumbuhan mulai keluar pada awal fase tidur non-Rapid Eye Movement atau non-REM. Momen ini ada dalam fase tidur dalam, durasinya kurang lebih 1,5 hingga 3,5 jam setelah mulai tidur dalam (deep sleep) di malam hari.
Diketahui, hormon pertumbuhan adalah hormon yang merangsang pertumbuhan, perkembangan dan regenerasi. Hormon yang sama juga berperan dalam mengatur cairan tubuh serta metabolism gula dan lemak. Tak hanya itu, hormon ini pun punya peran penting dalam penguatan tulang dan otot.
Hormon Pertumbuhan Pengaruhi Kadar Stimulasi Tiroid
Menurutnya, hormon pertumbuhan mempengaruhi kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH).
Jika hormon pertumbuhan terganggu, maka kadar TSH juga akan naik.
"TSH ini dia dihasilkan juga untuk nanti menghasilkan hormon thyroid sebetulnya, tapi ternyata berkaitan. Kalau dia naik, jadinya pertumbuhan bisa terganggu, akibatnya anak lebih pendek, bisa berpotensi lebih pendek dari teman sebaya," katanya.
"Tapi, tentu ada beberapa faktor lain, cuma ini salah satu faktor yang bisa berkontribusi," dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Karya Medika itu menambahkan.
Kualitas Tidur Pengaruhi Kadar Melatonin
Selain itu, kecukupan dan kualitas tidur berkaitan dengan kadar hormon melatonin. Secara umum, melatonin bekerja dengan cara memberi sinyal ke otak terkait kapan waktu untuk tidur dan terjaga.
Hormon yang lebih banyak diproduksi pada malam hari ini fungsi utamanya membantu tubuh tidur lelap.
Yuni menjelaskan, tidur yang kurang berkualitas bisa menyebabkan kadar hormon melatonin turun, diikuti dengan penurunan insulin dan leptin yang berperan dalam pengaturan metabolism tubuh.
Jadi, dengan tidur yang cukup, kualitasnya terjaga, ya itu metabolismenya lebih baik, maka risiko obesitas, risiko dia untuk kena diabetes di kemudian hari saat dewasa bisa lebih rendah," katanya.
Ia menjelaskan pula bahwa ketika kadar hormon melatonin turun, kadar hormon kortisol atau hormon stres akan naik. Kondisi ini bisa membuat anak menjadi rewel.
"Hormon kortisol kan mempengaruhi stres, juga emosi, mood. Ketika kurang tidur makanya nyambungnya ke sana deh," katanya.