Liputan6.com, Jakarta - Microsoft mengumumkan penutupan operasinya di Pakistan, mengakhiri kehadirannya selama 25 tahun di negara Asia Selatan tersebut.
Raksasa teknologi asal Redmond, Amerika Serikat itu mengatakan bakal mengubah model operasionalnya di Pakistan. Ke depannya, Microsoft akan melayani pelanggannya melalui reseller dan kantor-kantor Microsoft lain yang lokasinya berdekatan.
"Agreements dan layanan pelanggan kami tidak akan terpengaruh oleh perubahan ini," ujar seorang juru bicara Microsoft kepada TechCrunch, Rabu (9/7/2025).
"Kami telah berhasil menerapkan model ini di sejumlah negara lain di seluruh dunia. Pelanggan tetap menjadi prioritas utama kami dan dapat mengharapkan tingkat layanan yang sama tingginya di masa mendatang," juru bicara tersebut menambahkan.
Keputusan ini akan berdampak pada lima karyawan Microsoft di Pakistan, menurut sumber yang berbicara kepada TechCrunch.
Sumber tersebut menambahkan bahwa Microsoft tidak memiliki sumber daya teknik di Pakistan, berbeda dengan India dan pasar berkembang lainnya. Karyawan di Pakistan sendiri fokus pada penjualan produk Azure dan Office.
Penutupan ini terjadi di tengah restrukturisasi perusahaan yang lebih luas. Kementerian Teknologi Informasi dan Telekomunikasi Pakistan menyebut keluarnya Microsoft sebagai bagian dari program optimalisasi tenaga kerja yang lebih luas.
Pangkas 9.000 Karyawan
Awal pekan lalu, perusahaan telah mengurangi jumlah karyawannya sebesar 4%, atau sekitar 9.000 karyawan secara global.
Untuk mempersiapkan transisi ini, Microsoft telah mengalihkan pengelolaan lisensi dan kontrak komersial untuk Pakistan ke hub Eropa mereka di Irlandia selama beberapa tahun terakhir. Sementara itu, mitra lokal bersertifikat telah menangani layanan sehari-hari.
"Kami akan terus melibatkan kepemimpinan regional dan global Microsoft untuk memastikan bahwa setiap perubahan struktural memperkuat, bukan mengurangi, komitmen jangka panjang Microsoft kepada pelanggan, pengembang, dan mitra saluran di Pakistan," kementerian menjelaskan.
Eks eksekutif Microsoft dan pemimpin pertamanya di Pakistan, Jawwad Rehman, mengumumkan keluarnya perusahaan tersebut dalam sebuah postingan di LinkedIn pada hari Kamis.
"Ini lebih dari sekadar keluarnya perusahaan. Ini adalah sinyal yang menyadarkan tentang lingkungan yang telah diciptakan negara kita, lingkungan di mana bahkan raksasa global seperti Microsoft merasa tidak berkelanjutan untuk tetap bertahan," tulis Rehman.
"Ini juga mencerminkan apa yang telah dilakukan (atau tidak dilakukan) dengan fondasi kuat yang kami tinggalkan oleh tim dan manajemen regional Microsoft berikutnya," ia menambahkan.
Tantangan di Sektor Teknologi
Keputusan ini muncul hanya beberapa hari setelah pemerintah federal Pakistan mengumumkan rencananya untuk memberikan sertifikasi TI dari perusahaan teknologi, termasuk Google dan Microsoft, kepada setengah juta pemuda.
Langkah ini sangat kontras dengan Google, yang tahun lalu mengungkapkan investasi sebesar USD 10,5 juta di sektor pendidikan publik negara tersebut dan juga mempertimbangkan Pakistan sebagai pasar untuk memproduksi setengah juta Chromebook pada tahun 2026.
Keluarnya Microsoft mencerminkan tantangan yang lebih luas di sektor teknologi Pakistan. Berbeda dengan India dan pasar regional lainnya, Pakistan belum memposisikan dirinya sebagai tujuan outsourcing teknik utama bagi raksasa teknologi Barat.
Sebaliknya, ekosistem teknologi negara ini didominasi oleh dua pemain utama: perusahaan lokal yang telah mengembangkan kemampuan teknik mereka sendiri, dan perusahaan-perusahaan Tiongkok seperti Huawei, yang mendapatkan pangsa pasar signifikan dengan menyediakan infrastruktur kelas enterprise untuk perusahaan telekomunikasi dan perbankan.