Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka menyelimuti dunia bulu tangkis Tanah Air. Legenda bulu tangkis Indonesia, Iie Sumirat, menghembuskan napas terakhirnya, Selasa (22/7/2025). Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi insan olahraga, mengingat kontribusi besarnya dalam mengharumkan nama bangsa di era 1970-an.
Sebelum meninggal dunia, Iie Sumirat dilaporkan mengalami sakit dan tidak sadarkan diri sejak pekan lalu. Ia sempat mendapatkan perawatan intensif di RS Hermina Bandung, sebagaimana dikonfirmasi oleh Sekretaris Umum PB SGS, Ma'sum Husain. Kabar duka ini juga turut disampaikan oleh Kabid Bidang Luar Negeri PBSI, Bambang Roedyanto, yang menuliskan ucapan belasungkawa, "Rest in peace. Legenda bulutangkis Bapak Iie Sumirat."
Iie Sumirat dikenal sebagai salah satu pilar kejayaan bulu tangkis Indonesia pada masanya. Prestasi gemilangnya tidak hanya di level nasional, namun juga di ajang bergengsi internasional. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah emas bulu tangkis Indonesia.
Perjalanan Karier dan Prestasi Gemilang Iie Sumirat
Iie Sumirat merupakan salah satu legenda bulu tangkis Indonesia yang turut mewarnai kegemilangan prestasi olahraga tepok bulu di era 70-an. Kontribusinya sangat signifikan, terutama dalam membawa tim Indonesia meraih gelar juara di berbagai turnamen bergengsi. Dedikasinya terhadap bulu tangkis telah menginspirasi banyak atlet muda.
Salah satu pencapaian paling berkesan dari Iie Sumirat adalah perannya dalam tim Thomas Cup Indonesia. Ia menjadi bagian dari tim yang berhasil memenangkan Thomas Cup pada tahun 1976. Empat tahun kemudian, Iie kembali menunjukkan kepiawaiannya dengan menjadi tunggal utama yang membawa Indonesia meraih gelar juara Thomas Cup 1979, sebuah momen yang dikenang sebagai salah satu puncak kariernya.
Di kancah individu, Iie Sumirat juga menorehkan prestasi yang sangat mencolok. Ia berhasil memenangkan Kejuaraan Invitasi Asia di Bangkok pada tahun 1976. Kejuaraan ini memiliki bobot penting karena saat itu China, yang merupakan kekuatan bulu tangkis baru, ikut serta, memungkinkan para pemain top Indonesia beradu kekuatan langsung dengan jagoan-jagoan dari Tiongkok.
Indonesia saat itu membagi dua tim karena pelaksanaan Kejuaraan Invitasi Asia berbarengan dengan All England. Selain Iie Sumirat, pasangan ganda putra Ade Chandra/Christian Hadinata juga ditugaskan bermain di Kejuaraan Invitasi Asia. Dalam turnamen tersebut, Iie berhasil mengalahkan Hou Jiachang di babak final tunggal putra, menegaskan dominasi Indonesia atas China. Selain itu, Christian/Ade juga sukses menjadi juara di nomor ganda putra, melengkapi kemenangan tim Indonesia.
Pencapaian di Kejuaraan Dunia dan Warisan Abadi
Selain deretan prestasi tersebut, Iie Sumirat juga mencatatkan namanya di Kejuaraan Dunia. Ia berhasil merebut medali perunggu pada Kejuaraan Dunia 1977, yang merupakan edisi perdana dari ajang bergengsi tersebut. Pencapaian ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pebulu tangkis terbaik di dunia pada masanya.
Warisan Iie Sumirat tidak hanya terbatas pada medali dan gelar juara yang ia raih. Semangat juang dan dedikasinya dalam setiap pertandingan telah menjadi inspirasi bagi generasi atlet bulu tangkis selanjutnya. Ia adalah simbol dari kegigihan dan keunggulan Indonesia di panggung olahraga global.
Kepergian Iie Sumirat merupakan kehilangan besar bagi bulu tangkis Indonesia. Namun, jejak langkah dan prestasinya akan selalu dikenang sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah gemilang olahraga nasional. Semoga warisan yang ditinggalkan Iie Sumirat dapat terus memotivasi atlet-atlet muda untuk mencapai puncak prestasi.