
DIREKTUR Utama IPC Terminal Petikemas (TPK) Guna Mulyana mengungkapkan ketegangan geopolitik global berdampak pada terhambatnya pembukaan rute pelayaran. Dalam tiga tahun terakhir, IPC TPK mencatat 23 rute tambahan, baik domestik maupun internasional. Ini termasuk ke Tiongkok, Rusia, Oman, hingga Papua Nugini.
Namun, tren penambahan rute baru cenderung menurun. Tahun 2022 dan 2023 masing-masing tercatat 7 rute baru, kemudian turun menjadi penambahan 6 rute pada 2024. Pada tahun ini hanya membuka 3 rute baru lewat kerja sama dengan Marsa Ocean Shipping, Meratus Line, Indo Container Line, dan MSC Line.
Guna menjelaskan perang Rusia–Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah, termasuk serangan Houthi Yaman ke Tel Aviv, Israel, membuat jalur pelayaran menjadi lebih panjang. Dampaknya, waktu tempuh bertambah beberapa hari dan biaya freight atau ongkos angkut meningkat. Kondisi ini membuat biaya logistik naik, sementara harga banyak komoditas tetap. Hal ini membuat eksportir menahan pengiriman.
Akibatnya, perusahaan pelayaran harus menghitung ulang. Mereka hanya mempertahankan rute yang padat, sementara rute yang sepi ditarik kapalnya agar round the world service atau layanan kapal peti kemas yang rutenya keliling dunia tetap beroperasi tanpa kekosongan muatan.
"Memang (penambahan) rute itu dipengaruhi kondisi dari negara tujuan. Akibat geopililtik yang semakin luas, perusahaan-perusahaan pelayaran menghitung kembali rute-rute mana yang gemuk dan tidak," ungkap Guna dalam Media Gathering PT IPC Terminal Petikemas di Jakarta, Rabu (20/8).
Meski demikian, IPC TPK tetap optimistis dapat mencapai target 3,6 juta twenty-foot equivalent units (TEUs) peti kemas pada akhir 2025, atau rata-rata 300 ribu TEUs per bulan. Guna menerangkan pertumbuhan terbesar diproyeksikan datang dari luar Jawa.
"Ini terutama dari Sumatra yang mengandalkan komoditas pertanian," jelasnya.
Pada periode Januari-Juli 2025, anak usaha subholding Pelindo Terminal Petikemas itu mencatat kinerja positif. Arus petikemas tercatat 2.009.185 TEUs. Capaian tersebut meningkat 15% dibanding periode yang sama di tahun 2024 sebesar 1.749.093 TEUs.
Peningkatan ini terjadi di sebagian besar Area Terminal IPC TPK meliputi Area Tanjung Priok secara keseluruhan meningkat 15,8%, Area Panjang mencatat peningkatan 31,1%, Area Palembang mengalami peningkatan 4%, Area Teluk Bayur meningkat 17,9% dan Area Pontianak mencatat peningkatan 6,8%.
Guna menerangkan peningkatan kinerja pada bulan lalu dipengaruhi oleh beberapa komoditas di antaranya meningkatnya jumlah ekspor komoditas kopi sebesar 311% dan impor animal food supplement dari wilayah Lampung sebesar 405%, meningkatnya jumlah ekspor karet sebesar 122% dari wilayah Sumatera Selatan serta meningkatnya volume petikemas domestik dari dan ke Pontianak sebesar 24% dibanding bulan sebelumnya.
Dalam kesempatan sama, Direktur Operasi & Teknik IPC TPK Ahmad Mimbar menjelaskan tantangan utama yang dihadapi pihaknya ialah bagaimana meningkatkan kinerja untuk memenuhi target pelayanan yang telah ditetapkan pemerintah. Saat ini, lamanya waktu tunggu di pelabuhan atau turn round time (TRT) trucking di Pelabuhan Tanjung Priok maksimal 60 menit per truk.
Seiring perkembangan teknologi digital, seluruh aktivitas pelabuhan kini dapat diakses secara transparan, termasuk kondisi lalu lintas dan potensi kemacetan baik di dalam maupun di luar pelabuhan.
"Karena itu, IPC TPK terus melakukan akselerasi melalui penerapan teknologi baru untuk memastikan kelancaran arus barang," terang Mimbar.
Di tahun ini, ia mengatakan IPC TPK menjalankan inisiatif strategis seperti penerapan join gate, pembangunan container scanner, standarisasi operasi (planning and control), dan lainnya untuk mencapai target trafik peti kemas sebesar 3,6 juta TEUs. (H-3)