Liputan6.com, Jakarta - Maskapai penerbangan Australia, Qantas, mengonfirmasi kebocoran data, di mana informasi pribadi jutaan pelanggannya telah disusupi hacker.
Insiden ini menjadi pelanggaran data terbesar di Australia dalam beberapa tahun terakhir dan merupakan pukulan besar bagi maskapai yang tengah berupaya memulihkan kepercayaan publik setelah serangkaian krisis reputasi.
Dalam pernyataan resminya, dikutip dari CNA, Rabu (2/7/2205), Qantas mengungkapkan penjahat siber tersebut menargetkan sebuah pusat panggilan (call center) dan berhasil mendapatkan akses ke platform layanan pelanggan pihak ketiga.
Platform ini menyimpan sekitar enam juta data pelanggan, termasuk nama, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, dan nomor frequent flyer.
Pihak maskapai belum memberikan informasi spesifik mengenai lokasi pusat panggilan yang menjadi target maupun rincian pelanggan Qantas mana saja yang datanya terkompromi.
Qantas menyatakan kebocoran ini terdeteksi setelah adanya aktivitas mencurigakan pada platform tersebut. Tindakan cepat segera diambil untuk mengendalikan situasi.
"Kami masih terus menyelidiki sejauh mana data yang telah dicuri hacker, meskipun kami memperkirakan jumlahnya signifikan," demikian pernyataan Qantas.
Qantas menegaskan bahwa insiden ini tidak berdampak pada operasional maupun keselamatan penerbangan.