Liputan6.com, Jakarta Ruben Amorim datang ke Manchester United dengan reputasi sebagai pelatih berprinsip kuat. Filosofi taktiknya yang jelas dan konsisten menjadi ciri khas sejak menangani Sporting. Namun, menerapkannya di Old Trafford ternyata jauh dari kata mudah.
Musim lalu, Amorim mengambil alih tim setelah 11 laga liga berjalan. Meski demikian, United justru terpuruk hingga finis di posisi ke-15 Premier League, terburuk dalam sejarah mereka. Adaptasi pemain terhadap gaya main barunya berjalan lambat dan penuh tantangan.
Kini, Amorim punya keuntungan besar: atu pramusim penuh dan amunisi anyar di lini depan seperti Matheus Cunha, Bryan Mbeumo, dan Benjamin Sesko. Harapan pun tumbuh bahwa musim ini akan membawa perubahan nyata.
Tantangannya jelas, mengubah United menjadi tim yang terstruktur, terkontrol, dan konsisten tanpa mengorbankan kreativitas serta daya serang. Inilah perjalanan taktik Amorim yang akan menjadi sorotan sepanjang musim.
Filosofi Taktik Ruben Amorim di Manchester United
Amorim teguh dengan formasi 3-4-2-1 yang mengandalkan tiga bek tengah, dua wing-back, dua gelandang pivot, dan dua gelandang serang di belakang striker tunggal. Di Premier League musim lalu, ia menjadi manajer yang paling jarang mengubah formasi saat pertandingan.
Menurut Amorim, kestabilan sistem adalah kunci agar pola permainan menjadi kebiasaan alami bagi pemain. Ia ingin United mengontrol jalannya laga, berlawanan dengan gaya transisi cepat yang kerap dimainkan pelatih sebelumnya.
Statistik membuktikan sedikit kemajuan. United kini lebih sabar dalam membangun serangan dan termasuk yang terbaik di Eropa dalam sirkulasi bola lewat area tengah. Hanya Manchester City yang mencatat kecepatan serangan langsung lebih lambat.
Pendekatan ini juga berdampak pada pertahanan. Meski jumlah kebobolan hanya turun empat gol dari musim sebelumnya, expected goals against mereka turun signifikan dari 70,1 menjadi 55,1.
Kelemahan Struktur dan Peran Bek Tengah
Formasi tiga bek memang membantu organisasi pertahanan, tetapi mengorbankan progresi bola. Sepertiga umpan United musim lalu datang dari bek tengah, banyak di antaranya bersifat pasif.
Amorim menginginkan bek tengah yang bisa membantu membangun serangan, tapi musim lalu ia kehilangan dua profil idealnya: Leny Yoro dan Lisandro Martinez. Keduanya masuk lima besar bek Premier League untuk umpan memecah lini pertahanan lawan, tetapi cedera membuat kontribusi mereka terbatas.
Melihat Yoro tampil impresif di pramusim dan Martinez berusaha pulih dari cedera ACL, ketersediaan mereka akan menjadi faktor krusial. Bek progresif ini dibutuhkan untuk mengatasi kekurangan jumlah di lini tengah saat membangun serangan.
Namun, kelemahan lain muncul saat bertahan. Dua gelandang pivot kerap kewalahan menutup ruang, apalagi ketika wing-back maju tinggi. Zona tengah dekat garis tengah menjadi titik rawan yang lawan sering manfaatkan.
Masalah di Lini Tengah dan Alternatif Solusi
Contoh paling nyata kelemahan tersebut terjadi saat kalah 0-1 dari Tottenham. Bruno Fernandes dan Casemiro bermain sebagai pivot, tetapi keduanya kesulitan mengawal area tengah. Fernandes terlalu ofensif, sementara Casemiro yang berusia 33 tahun tak lagi mampu menjangkau area yang luas.
Amorim memiliki opsi lain seperti Manuel Ugarte dan Kobbie Mainoo. Ugarte menawarkan agresivitas dan kemampuan merebut bola, tapi kurang dalam jangkauan umpan. Mainoo lebih mirip Fernandes dalam kecenderungan menyerang.
Bagaimana Amorim menyeimbangkan lini tengah menjadi kunci. Kelemahan di area ini bisa merusak seluruh rencana permainan jika tak segera teratasi.
Potensi Serangan Baru United
Meski masalah bertahan masih ada, lini serang United mendapat suntikan besar. Bryan Mbeumo dan Matheus Cunha adalah dua rekrutan yang cocok dengan sistem Amorim.
Dalam formasi 3-4-2-1, dua gelandang serang punya kebebasan bergerak di antara lini lawan. Pergerakan wing-back membuka ruang yang bisa dimanfaatkan Mbeumo dan Cunha sebagai pembawa bola.
Selain itu, kedatangan Benjamin Sesko memberi dimensi baru di lini depan. Striker Slovenia ini lebih kuat di udara dan lebih mumpuni sebagai target man dibanding Rasmus Hojlund. Sesko juga mampu mengalirkan bola dan melakukan take-on, menambah variasi serangan United.
Jika kombinasi ini berjalan lancar, United berpeluang menjadi lebih berbahaya di sepertiga akhir lapangan.