Liputan6.com, Jakarta - Tren kecantikan kini tak hanya menyasar remaja dan dewasa, tapi juga menjangkau kalangan anak-anak. Hal ini dibuktikan dengan naiknya angka penjualan kosmetik anak secara global.
Menurut data Verified Market Research, penjualan kosmetik anak mencapai USD 1,69 miliar pada tahun 2023 dan diprediksi naik menjadi USD 2,39 miliar dalam beberapa tahun mendatang. Lonjakan ini menunjukkan bahwa kosmetik anak kini menjadi pangsa pasar yang menarik bagi industri.
"Industri juga akan memanfaatkan ini untuk terus membuat kosmetik untuk anak-anak," ujar dr. Fitria Agustina, SpDVE dalam webinar Bahaya Mainan Kosmetik pada Anak Bersama BPOM pada Senin, 21 Juli 2025.
Namun, di balik tren ini tersimpan risiko kesehatan serius. Banyak produk kosmetik anak yang beredar sebenarnya tergolong sebagai mainan kosmetik dan bukan produk yang aman digunakan pada kulit.
Fitria menekankan bahwa kulit anak-anak jauh lebih sensitif dibanding kulit orang dewasa. Lapisan pelindung kulit mereka lebih tipis dan belum berkembang sempurna.
"Kulit bayi lima kali lebih tipis dibandingkan dengan kulit pada orang dewasa," katanya.
Kulit anak juga memiliki kadar air yang tinggi dan fungsi barier yang belum optimal. Kondisi ini membuatnya lebih mudah menyerap zat-zat berbahaya dari kosmetik dan lebih rentan mengalami iritasi.
Risiko Pemakaian Kosmetik pada Anak
Penggunaan kosmetik yang tidak aman pada anak dapat memicu beragam masalah kulit hingga gangguan kesehatan serius.
Salah satu yang paling umum adalah dermatitis kontak iritan dan alergi, yang ditandai dengan munculnya ruam, rasa gatal, kemerahan, dan perih pada kulit.
Kondisi ini sering kali disebabkan oleh kandungan pewangi, pengawet, atau pewarna yang tidak sesuai dan berisiko menimbulkan reaksi alergi pada kulit sensitif anak.
Selain itu, anak-anak juga berisiko mengalami jerawat atau akne kosmetika. Kosmetik yang menyumbat pori-pori dapat memicu timbulnya jerawat bahkan sejak usia dini. Ini menjadi semakin umum seiring meningkatnya penggunaan makeup oleh anak-anak dan remaja.
Gangguan pigmentasi juga menjadi efek samping lain yang perlu diwaspadai. Iritasi atau peradangan akibat penggunaan kosmetik bisa menyebabkan munculnya flek hitam atau hipopigmentasi, yang kadang menetap cukup lama di kulit anak.
Bila kulit mengalami luka atau iritasi, risiko infeksi sekunder meningkat. Bakteri dapat dengan mudah masuk ke dalam kulit yang rusak dan menyebabkan kondisi yang lebih parah jika tidak ditangani dengan benar.
Bisa Ganggu Keseimbangan Hormon
Lebih jauh lagi, beberapa kosmetik yang mengandung bahan berbahaya bisa memicu paparan sistemik, yang mengarah pada gangguan saraf, kerusakan ginjal, dan bahkan meningkatkan risiko kanker pada jangka panjang. Ini terjadi jika bahan toksik masuk melalui kulit dan terakumulasi dalam tubuh.
Zat kimia tertentu dalam kosmetik juga tergolong disruptor endokrin, yang dapat mengganggu keseimbangan hormon tubuh. Efeknya tidak hanya menghambat pertumbuhan fisik anak, tetapi juga dapat memengaruhi fungsi reproduksi di masa depan.
Terakhir, perlu diwaspadai risiko fotosensitivitas, yaitu meningkatnya kepekaan kulit terhadap paparan sinar matahari.
Penggunaan kosmetik dengan kandungan tertentu bisa membuat kulit anak lebih mudah mengalami iritasi atau luka bakar akibat sinar UV, terutama saat beraktivitas di luar ruangan.
Kandungan Bahan Berbahaya pada Kosmetik Anak
Kandungan zat berbahaya dalam kosmetik tidak aman dapat memengaruhi kesehatan tubuh anak. Beberapa diantaranya bahkan bisa memberikan dampak fatal. Berikut bahan-bahan yang dinilai berbahaya menurut Fitria:
1. Logam berat (merkuri): dapat menyebabkan iritasi kulit, kerusakan ginjal, dan gangguan saraf.
2. Timbal: bersifat neurotoksik dan berisiko menyebabkan gangguan perkembangan otak pada anak.
3. Kadmium dan Arsenik: bisa menyebabkan kerusakan organ dan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker).
4. Paraben: bahan pengawet ini dapat mengganggu sistem endokrin dan berdampak pada sistem reproduksi jangka panjang.
5. Phthalates: dapat menyebabkan gangguan hormon dan kerusakan pada sistem reproduksi. Umumnya ditemukan dalam parfum, pewarna bibir, dan eyeshadow anak.
6. Formaldehida dan pelepas formaldehida: pengawet ini bisa memicu iritasi, reaksi alergi, dan merupakan zat penyebab kanker.
7. Fragrance: zat pewangi ini bisa memicu alergi kontak, dermatitis, dan gangguan pernapasan.
8. Sodium Lauryl Sulfat (SLS): digunakan sebagai pembersih dan penghasil busa, namun terlalu keras untuk kulit anak sehingga dapat mengikis lapisan pelindung dan menyebabkan iritasi.
9. Pewarna sintetis: bisa menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan memicu alergi.