Liputan6.com, Jakarta Kylian Mbappe resmi dinobatkan sebagai peraih Sepatu Emas Eropa musim 2024/2025, sebuah penghargaan prestisius bagi pencetak gol terbanyak di kompetisi domestik Eropa. Prestasi yang penting bagi pemain Real Madrid itu.
Namun, keputusan ini menimbulkan tanda tanya besar: bagaimana mungkin Mbappe memenangkan penghargaan tersebut sementara Viktor Gyokeres mencetak lebih banyak gol?
Pada musim perdananya bersama Real Madrid, Mbappe tampil gemilang dengan koleksi 31 gol di La Liga. Penyerang timnas Prancis itu bahkan memecahkan rekor sebagai pemain dengan jumlah gol terbanyak dalam musim debutnya di Real Madrid, melebihi capaian Ivan Zamorano di musim 1992/1993.
Namun, secara angka murni, Mbappe bukanlah pencetak gol terbanyak di liga domestik Eropa. Gelar tersebut milik Viktor Gyokeres, bomber Sporting CP, yang mencetak 39 gol di Primeira Liga Portugal. Jika hanya melihat jumlah gol, Gyokeres sejatinya unggul sembilan gol dari Mbappe.
Sistem Koefisien Jadi Penentu
Pertanyaan yang muncul di benak banyak penggemar sepak bola adalah: kenapa Mbappe yang mendapat Sepatu Emas, bukan Gyokeres? Jawabannya ada pada sistem penilaian berbobot yang digunakan oleh European Sports Media (ESM), pihak yang memberikan penghargaan Sepatu Emas Eropa.
Dalam sistem ini, setiap gol yang dicetak di lima liga top Eropa, yakni Premier League, La Liga, Serie A, Bundesliga, dan Ligue 1, dihitung dua poin.
Sementara gol yang dicetak di liga peringkat ke-6 hingga ke-22, termasuk Primeira Liga Portugal, hanya bernilai 1,5 poin.
Artinya, 31 gol Mbappe di La Liga bernilai 62 poin (31 x 2). Sedangkan 39 gol Gyokeres di Primeira Liga hanya bernilai 58,5 poin (39 x 1,5). Selisih 3,5 poin itulah yang menjadi penentu kemenangan Mbappe dalam perburuan Sepatu Emas.
Gyokeres: Paling Tajam Tapi Bukan Pemenang
Performa Gyokeres sejatinya tak bisa diremehkan. Pemain asal Swedia itu tampil luar biasa sepanjang musim, mencetak 54 gol dalam 52 pertandingan di semua kompetisi.
Namun, karena penilaian Sepatu Emas hanya memperhitungkan gol di kompetisi liga domestik, dan karena nilai koefisien liga Portugal lebih rendah dari Spanyol, kerja keras Gyokeres tidak berbuah trofi individu tersebut.
Situasi ini menimbulkan perdebatan. Sebagian pengamat menyebut sistem koefisien memberi ketidakadilan bagi pemain di luar liga top. Namun, di sisi lain, sistem ini dianggap adil karena mempertimbangkan tingkat kesulitan liga masing-masing.
Kylian Mbappe Ukir Sejarah Baru
Terlepas dari kontroversi, Mbappe kembali menegaskan statusnya sebagai salah satu penyerang terbaik dunia. Gelar Sepatu Emas ini membuatnya menjadi pemain Prancis pertama yang memenanginya sejak Thierry Henry pada awal 2000-an.
Di usia 26 tahun, Mbappe masih punya banyak waktu untuk menambah koleksi gelar individu dan tim. Musim pertamanya bersama Real Madrid bisa dibilang sukses besar, dan Sepatu Emas ini hanya salah satu dari banyak pencapaian yang bisa ia raih dalam warna putih Los Blancos.
Peringkat akhir Sepatu Emas Eropa 2025:
- Kylian Mbappe (Real Madrid) – 31 gol x 2 poin = 62 poin
- Viktor Gyokeres (Sporting CP) – 39 gol x 1,5 poin = 58,5 poin
- Mohamed Salah (Liverpool) – 29 gol x 2 poin = 58 poin
- Robert Lewandowski (Barcelona) – 27 gol x 2 poin = 54 poin
- Harry Kane (Bayern Munchen) – 26 gol x 2 poin = 52 poin