Uji Materi UU MD3, Saksi Ahli Sebut Parpol Tak Punya Kesadaraan Gender

1 month ago 23
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia Anna Margret mengatakan partai politik tidak punya kesadaran mengenai kesetaraan gender. Hal itu dia sampaikan dalam sidang lanjutan pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) mengenai norma keterwakilan perempuan pada alat kelengkapan dewan (AKD) di Gedung Mahkamah Konstitusi, Selasa, 8 Juli 2025.

“Dalam riset sejak tahun 2013, kami mempublikasikan paradoks keterwakilan perempuan, di mana perempuan anggota DPRD di 3 provinsi, justru hambatan terbesar datang dari partai,” ujar Anna dalam persidangan di Gedung Mahkamah Konstitusi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anna mengatakan banyak anggota perempuan DPRD yang justru tidak diizinkan untuk menempati komisi yang menjadi bidang dan keahliannya. “Artinya memang ada paradoks ketika partai yang ditugaskan, diamanahkan oleh berbagai undang-undang untuk menjadi agensi utama menjalankan kebijakan afirmasi, ternyata tidak punya kesadaran dan komitmen untuk kesadaran gender,” ujar Anna.

Dia menambahkan, prinsip kesetaraan haruslah ditegakkan dalam negara demokrasi. Jika prinsip ini tidak dijalankan, tidak mungkin akan menghasilkan keadilan atau pun netralitas.

“Kami akan menambahkan data bahwa dalam sistem pemilu terbuka justru suara yang diberikan kepada perempuan itu terus naik secara konsisten meski kecil. Tidak satu kali pun trennya turun,” kata dia.

Dalam perkara ini, para pemohon menilai sejumlah ketentuan dalam UU MD3 telah merugikan hak konstitusional perempuan, khususnya soal keterwakilan dalam alat kelengkapan dewan. Mereka menyoroti minimnya representasi perempuan dalam kepemimpinan AKD periode 2024-2029 yang belum memenuhi ambang batas 30 persen.

Sejumlah pasal yang diuji adalah Pasal 90 ayat (2), Pasal 96 ayat (2), Pasal 108 ayat (3), Pasal 120 ayat (1), Pasal 151 ayat (2), dan Pasal 157 ayat (1) UU MD3. Para Pemohon meminta agar pasal-pasal tersebut ditafsirkan secara konstitusional untuk menjamin keterwakilan perempuan paling sedikit 30 persen, baik di level pimpinan AKD maupun dalam distribusi anggota fraksi di seluruh badan DPR.

Menurut pemohon, ketimpangan ini mencerminkan adanya hambatan struktural yang menghalangi partisipasi perempuan secara inklusif dalam politik. Mereka berharap Mahkamah Konstitusi menyatakan pasal-pasal yang diuji bertentangan dengan UUD 1945 dan menafsirkan ketentuan tersebut secara konstitusional untuk menjamin keterwakilan perempuan dalam struktur parlemen.

Read Entire Article