TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Penerangan atau Kapuspen TNI Mayor Jenderal Kristomei Sianturi membantah informasi dari kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) soal penyerangan pos militer di Yuguru, Papua, pada 20 Juni 2025. TPNPB menyebut TNI menambah dua pos militer di Yuguru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, tudingan itu bagian dari propaganda kelompok separatis tersebut. "Itu informasi hoaks, tidak ada informasi tentang prajurit TNI yang gugur," kata Kristomei saat dihubungi pada Sabtu, 21 Juni 2025.
Dia menilai tudingan ihwal pembangunan pos militer di pemukiman sipil kerap dinaikkan oleh OPM untuk menyebar propaganda. Sebab, menurut dia, kelompok bersenjata itu khawatir bila pos TNI dibangun di Tanah Papua tersebut. "Adanya Pos TNI ruang gerak dan logistik (OPM) menjadi terbatas," ucapnya.
Dia mengatakan kehadiran aparat militer di Papua untuk melindungi masyarakat dari intimidasi dan ancaman OPM. Selain itu, Kristomei berujar adanya Pos TNI di Papua untuk menghindari terjadinya perampasan hewan ternak atau makanan warga sipil oleh OPM.
"OPM tidak bisa memeras, mengintimidasi masyarakat untuk minta makan di kampung dengan adanya Pos TNI," ucap Kristomei.
Sebelumnya, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB-OPM Sebby Sambom mengklaim telah terjadi penyerangan oleh kelompoknya terhadap pos militer di daerah Yuguru, Papua. Dia mengklaim, satu orang prajurit militer tewas akibat kontak tembak.
Sebby mengatakan, penyerangan itu dilakukan kelompoknya karena menolak adanya pos militer yang dibangun di Yuguru. Menurut dia, kini ada dua pos militer yang dibangun di Yuguru sejak tentara masuk di daerah tersebut pada Januari 2025.
"Pos pertama di lapangan terbang dan pos kedua di Kwit," kata Sebby dalam keterangannya pada Jumat, 20 Juni 2025. Dia menilai, Yuguru merupakan tempat tinggal warga sipil. Sebby meminta agar aparat militer yang bertugas di Yuguru untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Sebby mengatakan, adanya pos militer di Yuguru telah mengakibatkan warga sipil tewas. Dia menyinggung kasus kematian Abral Wandikbo, yang diduga tewas dibunuh oleh aparat militer pada Maret lalu.
Selain itu, Sebby menuding kehadiran TNI di Yuguru justru merusak rumah hingga fasilitas umum. Aparat militer, menurut dia, juga kerap merampas benda dan hewan ternak milik warga sipil di Yuguru.
"Mereka membakar rumah warga, membongkar gereja, dan puskesmas," ucap Sebby.