Liputan6.com, Jakarta Kesemutan yang terlalu sering terjadi dan berlangsung lama bisa menjadi tanda adanya gangguan pada sistem saraf atau sirkulasi darah.
Dokter spesialis neurologi/saraf RS EMC Cibitung, Nysia Priscilla Angga Kusuma, menjelaskan, kesemutan adalah sensasi yang umum dirasakan, terutama ketika duduk atau tidur dalam posisi yang tidak nyaman.
“Meskipun terkadang dianggap sepele, kesemutan bisa menjadi petunjuk penting tentang kondisi tubuh kita, terutama terkait dengan sistem saraf,” kata Nysia mengutip laman EMC, Rabu (23/7/2025).
Dia menambahkan, kesemutan adalah sensasi yang biasanya terjadi pada bagian tubuh seperti tangan, kaki, atau jari-jari. Rasanya bisa seperti ditusuk-tusuk dengan jarum, terbakar, atau merasa mati rasa. Dalam istilah medis, kesemutan dikenal dengan nama parestesia.
“Kesemutan sering terjadi setelah kita duduk atau tidur dalam posisi yang menekan saraf atau pembuluh darah, misalnya ketika tertidur. Pada kondisi ini, biasanya sensasi kesemutan akan hilang dalam beberapa detik atau menit setelah posisi tubuh diperbaiki. Namun, kesemutan perlu diwaspadai jika terlalu sering terjadi dan berlangsung lama.
“Meskipun kesemutan kadang-kadang normal dan bisa hilang dengan sendirinya, ada beberapa kondisi yang perlu diperhatikan, terutama jika kesemutan sering terjadi atau berlangsung lama,” ujarnya.
Jangan Menyepelekan Kesemutan Saat Bangun Tidur
4 Kondisi Tubuh yang Bisa Timbulkan Gejala Kesemutan
Beberapa kondisi yang dapat ditandai dengan sering kesemutan dalam waktu lama adalah:
Gangguan Saraf Perifer
Gangguan saraf seperti neuropati perifer bisa menyebabkan kesemutan yang terus-menerus. Ini terjadi ketika saraf-saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang rusak, biasanya akibat diabetes, alkoholisme, atau infeksi tertentu.
Sirkulasi Darah yang Buruk
Kesemutan yang terlalu sering terjadi juga dapat menjadi tanda buruknya sirkulasi darah.
“Jika kesemutan terjadi bersamaan dengan rasa dingin, pucat, atau kebiruan pada kulit, ini bisa menunjukkan masalah dengan sirkulasi darah, seperti penyakit arteri perifer.
Kondisi Medis Tertentu
Beberapa kondisi medis seperti multiple sclerosis, stroke, atau bahkan migrain bisa menyebabkan kesemutan sebagai salah satu gejalanya.
Kesemutan yang disertai dengan gejala lain, seperti kelemahan pada salah satu sisi tubuh atau kesulitan berbicara, harus segera diperiksakan ke dokter.
Tekanan pada Saraf
Pada beberapa kasus, tekanan yang lebih besar pada saraf misalnya akibat hernia diskus (penonjolan cakram tulang belakang) atau kompresi saraf bisa menyebabkan kesemutan yang berlangsung lebih lama dan lebih intens.
Proses Dalam Tubuh Ketika Terjadi Kesemutan
Ketika merasakan kesemutan, ada beberapa proses yang terjadi di dalam tubuh. Mulai dari tekanan pada saraf atau pembuluh darah.
Ketika bagian tubuh tertekan dalam waktu yang lama, seperti ketika duduk dengan kaki disilangkan atau tidur di posisi yang tidak nyaman, tekanan tersebut dapat menekan saraf atau pembuluh darah. Hal ini menghalangi aliran darah yang normal ke saraf tertentu. Sebagai respons, tubuh mengirimkan sinyal ke otak bahwa ada gangguan pada area yang tertekan.
Saraf di tubuh bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal dari dan ke otak. Ketika saraf tertekan, proses penghantaran sinyal ini terganggu. Ini mengakibatkan gangguan dalam persepsi sensasi, yang menyebabkan kesemutan. Sensasi ini sering digambarkan sebagai "rasa tertusuk jarum" atau sensasi terbakar.
Setelah tekanan pada saraf atau pembuluh darah hilang, aliran darah mulai kembali normal. Aliran darah yang kembali normal bisa menyebabkan sensasi kesemutan yang lebih kuat atau intens. Ini adalah tanda bahwa tubuh sedang "memulihkan diri" dan memulihkan fungsi normalnya.
Ketika saraf tertekan, otak menerima sinyal "kesalahan" atau gangguan. Otak kemudian memproses sinyal ini, tetapi karena gangguan tersebut bersifat sementara, otak mengartikan sensasi tersebut sebagai kesemutan. Ketika tekanan berkurang, otak kembali menerima sinyal normal dari saraf dan sensasi kesemutan pun akan hilang.
Kesemutan ringan yang hilang setelah beberapa detik atau menit umumnya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, jika kesemutan berlangsung lebih lama, terjadi secara teratur, atau disertai dengan gejala lain seperti kelemahan, pusing, atau mati rasa, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
“Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes diagnostik seperti pemeriksaan darah, MRI, atau CT scan untuk mencari tahu penyebab kesemutan yang Anda alami,” pungkasnya.