Liputan6.com, Jakarta Tangan berkeringat, atau yang dikenal dengan istilah medis hiperhidrosis palmar, seringkali dianggap sepele. Padahal, kondisi ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang lebih serius. Penting bagi kita untuk memahami tangan berkeringat tanda penyakit apa dan kapan harus mencari bantuan medis.
Kondisi tangan berkeringat berlebihan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari respons alami tubuh terhadap stres hingga kondisi medis tertentu. Membedakan antara keringat normal dan keringat yang mengindikasikan masalah kesehatan adalah langkah awal yang penting. Melansir dari Verywell Health (2019), meskipun sebagian besar kasus tangan berkeringat tidak terkait dengan penyakit serius (idiopatik), ada juga yang merupakan gejala sekunder dari kondisi medis yang mendasari.
Dengan memahami lebih dalam, kita bisa mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga kesehatan. Jadi, apakah tangan berkeringat tanda penyakit apa yang perlu diwaspadai? Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang tangan berkeringat tanda penyakit apa melansir dari berbagai sumber, Jumat (25/7/2025).
Tanda Penyakit yang Diawali Tangan Berkeringat
Tangan berkeringat berlebihan (palmar hyperhidrosis) bisa menjadi gejala primer idiopatik atau indikasi adanya kondisi umum seperti hipoglikemia reaktif, gangguan hormon (tiroid/diabetes), gangguan neurologis, infeksi, atau tumor neuroendokrin. Penting untuk mengenali tanda-tanda ini agar dapat melakukan penanganan yang tepat.
1. Gangguan Hiperaktif Saraf Simpatik
Melansir dari artikel Verywell Health (2019), palmar hyperhidrosis disebabkan oleh hiperaktivitas saraf simpatis yang melepaskan asetilkolin berlebih, sehingga kelenjar ekrin pada telapak tangan menghasilkan keringat yang berlebihan secara spontan. Sekitar 2–3% populasi mengalami kondisi ini. Pada sebagian besar kasus, tidak ada penyakit lain yang menyertainya, ini disebut kondisi idiopatik atau primer. Sebagian pasien menunjukkan adanya faktor genetik; studi Journal of Vascular Surgery (2002) meneliti bahwa 65% penderita memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa.
2. Tangan Berkeringat, Gemetar dan Pusing
Tangan berkeringat yang disertai gemetar, lemas, dan pusing beberapa jam setelah makan bisa menandakan kondisi hipoglikemia reaktif. Saat kadar gula darah turun drastis, respons sistem saraf simpatis dipicu untuk memproduksi keringat dingin di tangan. Kondisi ini umum terjadi pada individu yang mengalami lonjakan insulin berlebihan pasca makan karbohidrat tinggi dan perlu diwaspadai karena bisa menjadi gangguan metabolik awal.
3. Hipertiroidisme dan Diabetes
Tangan berkeringat dapat menjadi tanda gangguan hormon seperti hipertiroidisme, diabetes, atau menopause. Pada hipertiroidisme, metabolisme tubuh meningkat sehingga rangsangan simpatis bertambah dan kelenjar keringat aktif lebih intens. Diabetes dapat berkontribusi karena fluktuasi kadar glukosa yang memengaruhi pengaturan simpatis—semua ini dapat memicu hiperhidrosis sekunder pada tangan.
4. Sebagai Penyebab Sekunder
Menurut Verywell Health (2019) dan tinjauan literatur kesehatan lainnya, tangan berkeringat juga bisa menjadi bagian dari gejala sekunder pada kondisi serius seperti infeksi berat atau tumor neuroendokrin. Beberapa tumor tertentu memproduksi hormon atau neurotransmitter yang mengganggu sistem regulasi keringat dan menyebabkan hiperhidrosis regional. Kondisi ini sering memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan etiologi patologis.
5. Parkinson atau Cedera Saraf
Berdasarkan Verywell Health (2019), kondisi neurologis tertentu seperti penyakit Parkinson, cedera medula spinalis, atau stroke bisa memicu tangan berkeringat karena disfungsi regulasi simpatis. Jika keringat hanya terjadi pada satu sisi tubuh saja atau disertai gejala neurologis lain seperti tremor, kehilangan koordinasi, atau kelemahan otot, maka perlu diwaspadai adanya gangguan neurologis mendasar.
6. Dampak Psikososial dan Gangguan Emosional
Menurut riset Frontiers in Medicine (Eur J Med Res, 2025), hiperhidrosis palmar tidak hanya berdampak fisik tetapi juga psikososial. Penderita—khususnya remaja—cenderung mengalami penurunan harga diri, penarikan sosial, dan penurunan prestasi akademik karena malu dan ketidaknyamanan berkeringat secara tidak terkendali. Bagi sebagian orang, bahkan proses berjabat tangan menjadi traumatis dan mengganggu kualitas hidup.
7. Komplikasi Kesehatan Kulit
Melansir dari Hyperhidrosis: Pathophysiology and Treatment (2022), tangan yang sering berkeringat dapat menyebabkan kulit menjadi lembap, meningkatkan risiko iritasi dan infeksi kulit sekunder seperti dermatitis maupun infeksi jamur. Produksi keringat yang berlebih juga dapat menyebabkan kulit menjadi tipis dan mudah terkelupas, terutama di area ujung jari dan telapak tangan bagian bawah.
Penyebab Tangan Berkeringat Berlebihan
Tangan berkeringat berlebihan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi genetik hingga gangguan medis. Memahami penyebab ini penting untuk menentukan penanganan yang tepat.
1. Hyperhidrosis Primer (Idiopatik) – Aktivasi Simpatik Berlebihan
Berdasarkan penelitian “Palmar Hyperhidrosis: clinical, pathophysiological, diagnostic and therapeutic aspects” oleh Romero, Haddad et al. (Universitas Estadual Paulista, 2016), palmar hyperhidrosis primer ditandai oleh hiperaktivitas saraf simpatis lokal pada kelenjar ekrin yang menyebabkan produksi keringat berlebih pada telapak tangan. Kondisi ini mulai muncul sejak masa kanak-kanak hingga remaja, seringkali tidak terkait suhu lingkungan dan cenderung bersifat familial—sekitar 30–50% pasien memiliki riwayat keluarga. Overstimulasi neuro-ekrin terjadi pada ganglia torakal T2–T3, menyebabkan keringat spontan meski tanpa stimulasi termal.
2. Faktor Genetik dan Lokus Khusus Gen
Menurut studi genetik yang dipublikasikan di American Journal of Medical Genetics Part A, hiperhidrosis palmar primer memiliki korelasi kuat dengan kromosom 14q11.2–q13. Pola pewarisan autosomal dominan memungkinkan satu salinan varian genetik telah cukup untuk menyebabkan kondisi. Penelitian ini secara ilmiah mendukung adanya predisposisi genetik tanpa keterlibatan faktor lingkungan tertentu.
3. Faktor Emosional: Stres, Kecemasan, dan Ketegangan
Menurut ringkasan etiologi Focal Hyperhidrosis dari SpringerLink (2022), stres emosional seperti kecemasan, rasa malu, ketakutan, atau tekanan psikososial dapat memicu sekresi keringat telapak tiba-tiba. Hiperhidrosis primer sering diperburuk oleh respons emosional meskipun stimulus termal tidak nyata. Stimulasi simpatis emosional ini seringkali bersifat akut dan temporal, tetapi dapat memperp...