TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) enggan menanggapi kritik yang dilontarkan Mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo atas rencana pemerintah memasukkan mata pelajaran akal imitasi (AI) dalam kurikulum sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikdasmen Yudhistira Nugraha menegaskan, tujuan pemerintah menerapkan kurikulum tersebut baik, yakni ingin mempersiapkan anak bangsa agar mampu beradaptasi dengan segala perkembangan teknologi.
Ia mengumpamakan kemunculan AI dalam lingkungan sekolah tak ubahnya seperti munculnya kalkulator untuk membantu siswa mengerjakan Matematika, pada era belum ada teknologi penghitungan apa pun kala itu. "Dulu kita dilarang sama guru pakai kalkulator gitu ya, tapi kita tidak bisa membendungnya," tutur Yudhistira saat ditemui usai menghadiri sebuah acara di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu, 9 Juli 2025.
Ia menjelaskan pengetahuan tentang AI akan diajarkan kepada anak secara bertahap. Dalam prosesnya, peserta didik akan dilatih untuk berfikir kritis. Yudhistira menyebut kemampuan dasar literasi pun akan menjadi pondasi utama pembelajaran. "Sampai nanti ada tahapan di jenjang SMA atau SMK, bagaimana dilatih untuk mengembangkan solusi-solusi berbasis AI, seperti itu," kata dia.
Gagasan mengajarkan anak kecerdasan buatan (AI) merupakan salah satu program yang digalakkan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Ide itu kemudian diwujudkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti dengan memasukkannya ke dalam kurikulum pembelajaran tahun ajaran 2025/2026.
Keputusan tersebut menuai kekhawatiran banyak pihak. Satu di antaranya muncul dari mantan calon presiden Ganjar Pranowo. Ganjar menilai ekosistem pendidikan di Indonesia belum siap menerima kurikulum tersebut.
"Dengan mayoritas siswa belum mencapai kompetensi minimum dalam membaca dan berhitung, kita mau mengajarkan kepada mereka kecerdasan buatan. Kenapa tidak berfokus pada kecerdasan manusianya terlebih dulu?" ujar Ganjar dalam keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa 1 Juli 2025.
Di tengah masih banyaknya persoalan, Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu berharap pendidikan jadi urusan prioritas. Menurut dia, pendidikan di tanah air saat ini sedang kebingungan mencari arah.
"Dunia berlari cepat menuju transformasi digital, dengan kecerdasan buatan sebagai penggeraknya, sementara pendidikan kita masih tertatih-tatih di urusan dasar literasi, numerasi, ketidakmerataan fasilitas pendidikan dan kualitas guru," kata dia.
Pribadi Wicaksono berkontribusi dalam penulisan artikel ini