TEMPO.CO, Kupang – Puluhan siswa berseragam putih biru dari SMP Negeri 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mendadak dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD SK Lerik, Selasa pagi, 22 Juli 2025. Suasana IGD pun berubah hiruk-pikuk dengan jeritan dan tangis para siswa yang menahan rasa sakit di perut. Para siswa diduga mengalami keracunan usai mengonsumsi makan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan di sekolah pada hari sebelumnya, Senin, 21 Juli 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami ada puluhan yang di sini," ujar Sania Lusi, salah satu siswi sambil meringis kesakitan saat keluar dari kamar mandi IGD.
Guru piket SMP 8 Kupang, Brigina, membenarkan bahwa gejala awal mulai terlihat saat proses belajar mengajar pagi berlangsung. Banyak siswa dari kelas VII hingga IX mengeluh mual, muntah, dan bolak-balik ke kamar mandi.
Mereka sempat ditangani di Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Namun, karena jumlah yang terdampak sangat banyak, sekolah terpaksa merujuk para siswa ke rumah sakit.
"Awalnya mereka ditangani di UKS, tapi karena jumlahnya terlalu banyak, kami bawa ke RSUD SK Lerik untuk kloter pertama, sisanya dibawa ke RS lain seperti RS Siloam," jelas Brigina.
Brigina juga mengungkapkan bahwa sejumlah siswa sudah mengeluhkan rasa tidak nyaman sejak malam sebelumnya. Gejala seperti mual, sakit perut, dan diare mulai dirasakan setelah makan siang MBG yang terdiri dari lauk rendang, sayur kacang panjang campur wortel, tahu, dan pisang.
"Dari rumah mereka sudah mengeluh, semalaman bolak-balik kamar mandi. Pagi tetap berangkat ke sekolah, tapi di sekolah kondisinya memburuk, mereka menangis dan berteriak kesakitan," tambahnya.
Salah satu siswa kelas VII C, Jacki Andreas Bani, menuturkan bahwa sejak pukul 12 malam, perutnya terasa mulas hebat hingga subuh. "Dari jam 12 malam sampai jam 5 pagi tidak bisa tidur, perut sakit sekali," ujar Jacki dengan suara lemah.
Sementara itu, Jonathan Bani, orangtua Jacki, mengaku panik saat mendapat kabar dari sekolah.
"Kami sangat cemas, anak-anak ramai-ramai jatuh sakit. Waktu ditelepon, kami sangat kaget dan panik," ucap Jonathan penuh kekhawatiran.
Hingga berita ini diturunkan, kondisi di IGD RSUD SK Lerik masih padat. Beberapa siswa tampak menjalani infus dan beristirahat, sementara lainnya masih menangis ketakutan, sebagian pucat dan menolak disuntik tenaga medis karena trauma. Sementara, aliran siswa dari sekolah ke rumah sakit terus berdatangan.
Pihak sekolah dan Dinas Kesehatan Kota Kupang masih melakukan penelusuran penyebab pasti kejadian ini.