INFO NASIONAL - PT Adhi Karya (Persero) Tbk. mencatat kenaikan laba kotor sebesar 10 persen pada Triwulan II 2025 meski pendapatan menurun tajam. Keuntungan yang diraih mencapai Rp 521 miliar, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut didorong oleh klaim eskalasi sejumlah proyek jalan tol strategis.
Adapun pendapatan emiten konstruksi pelat merah tersebut sebesar Rp 3,8 triliun, menurun 33 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. ADHI membukukan pendapatan JO sebesar Rp 4,3 triliun dan pendapatan NJO sebesar Rp 5,7 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manajemen Adhi Karya menuturkan kontribusi terbesar pendapatan ADHI berasal dari proyek infrastruktur Jalan Tol Yogyakarta Bawen Paket 1, Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo, dan Pabrik PUSRI III-B.
Di sisi lain, pendapatan Adhi Karya turun 33 persen menjadi Rp3,8 triliun. Laba bersih juga mengalami penurunan sebesar 46 persen menjadi Rp7,5 miliar, dipengaruhi oleh dinamika perolehan kontrak baru sepanjang semester pertama 2025.
Dari sisi neraca keuangan, total aset perseroan pada akhir Juni 2025 mencapai Rp34,4 triliun, turun 5 persen secara tahunan. Sementara liabilitas turun 8 persen menjadi Rp24,7 triliun, seiring pelunasan sejumlah kewajiban. Ekuitas berada pada posisi Rp9,7 triliun, dengan rasio utang berbunga terhadap ekuitas (DER) sebesar 0,89 kali dan total liabilitas terhadap ekuitas sebesar 2,55 kali.
Sebagai bentuk komitmen menjaga kepercayaan investor, Adhi Karya telah melunasi Obligasi Berkelanjutan PUB III Tahap III Tahun 2022 senilai Rp1,3 triliun yang jatuh tempo pada 24 Mei lalu.
Kontrak Baru dan Strategi
Selama enam bulan pertama 2025, Adhi Karya meraih kontrak baru senilai Rp3,5 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari proyek gedung (41 persen), diikuti infrastruktur (26 persen), dan engineering & industry (18 persen).
Dari sisi lini bisnis, mayoritas kontrak masih berasal dari sektor engineering & konstruksi (86 persen), kemudian properti & hospitality (9 persen), investasi & konsesi (4 persen), dan manufaktur. Proyek-proyek yang dibiayai BUMN menyumbang 58 persen dari kontrak baru, diikuti pemerintah (22 persen), dan swasta serta lainnya (20 persen).
Dalam mencapai target kinerja tahun ini, Adhi Karya akan terus mengoptimalkan peluang pertumbuhan kontrak baru melalui KPBU, BUMN, maupun swasta. Perseroan juga senantiasa melaksanakan operational excellence untuk memaksimalkan produktivitas pada proyek-proyek yang dimiliki. (*)