TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman Al Saud atau MBS menyampaikan keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan di Gaza. Pandangan itu tertuang dalam pernyataan sikap bersama kedua pemimpin setelah bertemu di Istana Al-Salam, Jeddah, Arab Saudi, pada Rabu, 2 Juli 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prabowo dan MBS menegaskan komitmen memberikan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Kedua negara menyerukan komunitas internasional segera bertindak menghentikan penderitaan rakyat Gaza, mengecam penggunaan blokade dan kelaparan sebagai senjata perang, serta menolak segala bentuk pemindahan paksa warga Palestina.
“Kedua pihak juga mengecam kebijakan Israel yang menggunakan blokade dan kelaparan sebagai senjata terhadap warga sipil di Jalur Gaza, serta menolak sepenuhnya pemindahan paksa warga Palestina di dalam maupun luar tanah air mereka," dikutip dari pernyataan bersama tersebut.
Indonesia dan Arab Saudi meyakini tercapainya keamanan dan stabilitas di Palestina hanya dapat diwujudkan melalui implementasi regulasi internasional mengenai solusi dua negara. Menurut kedua negara, solusi dua negara atau two state solution dapat menjamin hak-hak sah rakyat Palestina, termasuk pendirian negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.
Kepada awak media di Jeddah, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia dan Arab Saudi, "memiliki banyak kesamaan visi geopolitik."
Militer Israel telah menggusur puluhan ribu warga Palestina dengan menghancurkan rumah-rumah dan infrastruktur sipil penting di kamp pengungsi Jenin dan Tulkarem sehingga tidak dapat dihuni lagi. Amnesty International melalui keterangan tertulis pada 5 Juni 2025, menyebut sebagai bagian dari operasi militer brutal itu berlangsung di Tepi Barat yang diokupasi.
Pada tanggal 5 Juni, warga Palestina memperingati Hari Naksa, untuk memperingati penggusuran paksa sekitar 300.000 warga Palestina selama perang Juni 1967. Saat itu Israel menduduki Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Lima puluh delapan tahun kemudian, operasi militer Israel selama empat bulan terakhir telah menyebabkan penggusuran terbesar warga Palestina di Tepi Barat sejak saat itu.
Tentara Israel telah mengerahkan tank, melakukan serangan udara, menghancurkan bangunan, menggali jalan dan infrastruktur, dan memberlakukan pembatasan yang luas terhadap kebebasan bergerak melalui pos pemeriksaan dan blokade jalan. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, antara 21 Januari dan 4 Juni, pasukan Israel telah membunuh sedikitnya 80 warga Palestina, termasuk 14 anak-anak, di Tepi Barat utara, termasuk Nablus.
Prabowo sempat menyatakan kesiapannya untuk mengevakuasi warga sipil dari Jalur Gaza yang menjadi korban dalam konflik panjang dengan Israel. Mantan menteri petahanan itu mengatakan bahwa Indonesia siap menampung sekitar 1.000 warga Gaza dalam gelombang pertama evakuasi kemanusiaan. Evakuasi itu berifat sementara.
Mereka yang akan dievakuasi terutama terdiri dari korban luka-luka, anak-anak yatim piatu, dan mereka yang mengalami trauma berat akibat agresi militer Israel. "Kami siap akan kirim pesawat-pesawat untuk mengangkut mereka,” kata Prabowo kepada pers sebelum bertolak ke Uni Emirat Arab, Rabu, 9 April 2025.