Liputan6.com, Jakarta Pendonor ginjal adalah orang sehat yang bersedia mendonorkan ginjalnya untuk pasien transplantasi.
Dokter spesialis urologi konsultan uro-onkologi RSU Bunda Jakarta, Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), FICRS, PhD., menyampaikan bahwa donor ginjal bisa berasal dari dua sumber yakni donor dari orang hidup dan donor jenazah.
Donor hidup perlu diberikan dari orang yang sehat. Skrining dan pemeriksaan calon pendonor perlu dilakukan dengan baik karena pendonor tersebut perlu terus menjalani hidup dengan baik.
“Dari beberapa penelitian sebetulnya sudah menunjukkan bahwa ternyata orang yang mendonorkan ginjalnya itu bisa hidup lebih baik dan lebih sehat dibandingkan kita (bukan pendonor). Karena biasanya orang yang mendonorkan ginjalnya ini adalah orang yang sadar akan kesehatannya,” kata Agus dalam temu media bertajuk “Layanan Transplantasi Ginjal RSU Bunda Jakarta” di Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025).
Setelah memastikan pendonor sehat, maka dokter akan memeriksa dan memutuskan ginjal sebelah mana yang akan diambil. Biasanya, ginjal yang didonorkan adalah ginjal sebelah kiri, mengingat banyak keuntungan dari sisi anatomi. Tim dokter pun memastikan bahwa operasi berjalan seefisien mungkin.
Seiring berkembangnya teknologi kesehatan, pengambilan ginjal dari pendonor kini dilakukan secara minimal invasif atau sayatan kecil dengan laparoskopi.
“Kalau dulu mengambil ginjalnya dengan operasi yang cukup besar, lukanya boleh dikatakan setengah pinggangnya. Dan saat ini, dengan pengembangan teknologi minimal invasif menggunakan laparoskopi kita bisa melihat organ dengan jelas dan penyembuhan pendonor lebih cepat, bisa pulang di hari kedua atau ketiga,” ungkapnya.
Fungsi ginjal tak akan kembali normal ketika Anda didiagnosis gagal ginjal kronis. Yang bisa Anda lakukan hanyalah mempertahankan fungsi ginjal yang ada dengan rutin cuci darah satu sampai tiga kali setiap minggu.
Penyakit Ginjal Kronis di Indonesia
Dijelaskan bahwa penyakit ginjal kronis menjadi salah satu penyakit katastropik dengan beban sistemik tinggi dan dampak besar terhadap kualitas hidup pasien.
Data Riskesdas 2018 mencatat 3,8 persen masyarakat Indonesia mengalami penyakit ginjal kronis, dengan angka kematian mencapai 42 ribu jiwa. Data BPJS Kesehatan mencatat lebih dari 134 ribu pasien menjalani prosedur hemodialisis /cuci darah per 2024, dengan total anggaran melebihi Rp11 triliun.
Berkaca pada hal tersebut, transplantasi ginjal dinilai dapat menjadi salah satu pilihan dalam meningkatkan kualitas hidup para pasien penyakit ginjal.
“Selain memberi harapan baru untuk hidup yang lebih berkualitas, transplantasi juga diharapkan dapat meminimalisir perawatan jangka panjang yang harus ditanggung pasien dan keluarga, serta meningkatkan angka harapan dan kualitas hidup mereka,” kata Ketua Tim Transplantasi Ginjal RSU Bunda Jakarta sekaligus Ketua Perkumpulan Transplantasi Indonesia, Dr. dr. Maruhum Bonar Hasiholan Marbun, SpPD-KGH, dalam kesempatan yang sama.
Perkuat Layanan Transplantasi Ginjal
Sebagai respons terhadap prioritas nasional dalam layanan ini, PT Bundamedik Tbk (BMHS) melalui RSU Bunda Jakarta memperkuat layanan transplantasi ginjal yang didukung teknologi bedah terkini dan tim multidisiplin.
Dalam satu tahun ini, RSU Bunda Jakarta telah melaksanakan 6 prosedur transplantasi ginjal dengan tingkat keberhasilan 100 persen.
Layanan transplantasi ginjal yang holistik dan komprehensif perlu didukung jajaran tenaga medis yang terdiri dari dokter spesialis nefrologi, urologi, anestesi, radiologi, serta perawat yang berpengalaman dan telah melalui pelatihan khusus.
Tim dokter dan perawat perlu menghadirkan pendampingan secara menyeluruh mulai dari proses persiapan sampai pemulihan sehingga memberikan kenyamanan dan ketenangan kepada resipien, donor, dan keluarga.
Dorong Kemajuan Layanan Transplantasi Ginjal di Indonesia
Komisaris Utama BMHS, Dr. dr. Ivan Rizal Sini, FRANZCOG, GDRM, MMIS, Sp.OG, menekankan keseriusan pihaknya dalam mendorong kemajuan layanan transplantasi ginjal di Indonesia.
“Kami berkomitmen untuk terus mendorong batas inovasi dalam menjawab kebutuhan kesehatan nasional yang semakin kompleks. Salah satu bidang strategis yang kami kembangkan adalah layanan uro-nefrologi, termasuk transplantasi ginjal, sebagai bagian dari peta jalan jangka panjang ekosistem BMHS,” jelas Ivan.
Sementara, Direktur Utama BMHS, Dr. Agus Heru Darjono menjelaskan, bahwa upaya memajukan layanan ini didukung tim berpengalaman dan sarana lengkap yang modern.
“Setiap tahapan transplantasi ginjal di RSU Bunda Jakarta dilakukan secara komprehensif dengan pendampingan dari tim ahli. Ini menjadi bukti nyata komitmen strategis BMHS dalam mendukung upaya pemerintah dalam pengembangan layanan unggulan transplantasi ginjal di Indonesia yang lebih inklusif dan berdampak luas,” pungkasnya.