Pakar Ingatkan Risiko AS Kelola Data Pribadi WNI tanpa Lembaga Pengawas

2 weeks ago 15
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar keamanan siber dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha menilai pernyataan resmi Gedung Putih soal transfer data pribadi dari Indonesia ke Amerika Serikat harus dilihat sebagai momentum strategis, bukan ancaman. Menurut dia, ini adalah peluang bagi Indonesia untuk mempercepat pembentukan sistem tata kelola data yang berdaulat dan adaptif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Momen ini justru dapat dijadikan sebagai peluang strategis untuk mempercepat penguatan tata kelola data nasional yang berdaulat, modern, dan adaptif terhadap tantangan global,” kata Pratama dalam pernyataan tertulis, Kamis, 24 Juli 2025.

Ia mengingatkan bahwa keterbukaan Indonesia terhadap arus data global harus tetap memegang prinsip kedaulatan digital—yakni hak negara untuk mengatur dan melindungi data pribadi warganya di bawah hukum nasional. Dalam hal ini, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) menjadi kerangka penting.

UU PDP, dia melanjutkan, memang membuka ruang legal untuk transfer data lintas batas selama negara tujuan memiliki standar pelindungan data yang setara atau lebih tinggi dari Indonesia atau bila telah ada perjanjian internasional yang mengikat. Karena itu, pembentukan Lembaga Pengawas Pelindungan Data Pribadi (LPPDP) dan penyusunan peraturan pemerintah sebagai turunan UU PDP dinilai mendesak.

“Tanpa perangkat teknis dan lembaga pengawas yang independen, komitmen pelindungan hak digital warga hanya akan menjadi jargon,” ujar Pratama.

Meski demikian, ia mengingatkan potensi risiko ketika data pribadi mengalir ke negara yang belum memiliki undang-undang federal seperti Amerika Serikat. Data warga, menurut dia, bisa diakses oleh korporasi teknologi atau lembaga keamanan asing.

Untuk itu, Pratama mendorong Indonesia mengambil posisi aktif dengan merumuskan standar evaluasi objektif terhadap negara tujuan transfer data. Bahkan, kata dia, bila perlu dibuat kesepakatan bilateral yang menjamin hak-hak digital warga negara Indonesia tetap terlindungi, meski datanya berada di luar negeri.

“Indonesia harus menunjukkan kepemimpinan normatif. Kita tidak bisa hanya mengikuti arus global, tapi juga harus ikut membentuknya,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya menjaga prinsip non-blok digital Indonesia di tengah rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok. Menurut dia, Indonesia harus tetap menjadi jangkar stabilitas digital Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan memperkuat posisinya dalam forum-forum global seperti G20 dan United Nations Internet Governance Forum (UN IGF).

Pratama mengingatkan, pengelolaan data bukan hanya soal privasi, tapi juga soal ekonomi digital. Data warga, katanya, merupakan bahan baku utama kecerdasan buatan dan algoritma digital.

“Kalau tidak dikelola dengan baik, data kita hanya jadi komoditas mentah yang diolah pihak asing, lalu dijual kembali ke Indonesia,” ujar Pratama. Karena itu, ia menekankan pentingnya memperkuat infrastruktur digital nasional, riset domestik, dan pengembangan talenta digital lokal.

“Kesepakatan transfer data bukan akhir, melainkan awal dari konsolidasi nasional di bidang tata kelola data. Indonesia harus jadi pelaku utama dalam arsitektur data global yang adil dan berkelanjutan,” kata Pratama.

Read Entire Article