TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti mengungkap bahwa perpanjangan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bertujuan untuk memberikan penguatan materi kepada peserta didik baru. Abdul menyebut sejumlah materi termasuk sosialisasi dampak negatif judi online akan diberikan kepada para siswa selama lima hari MPLS.
"Lima hari itu ada beberapa tambahan materi terkait dengan penguatan pendidikan karakter, pencegahan kekerasan, kesadaran tentang bahaya narkoba, kesadaran bahaya judi online," kata Abdul Mu'ti saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Kamis, 10 Juli 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mulai tahun ini durasi MPLS diperpanjang hingga lima hari dari yang biasanya hanya tiga hari. Kebaruan itu menurut Abdul bisa berdampak positif pada siswa karena makin banyak menerima materi saat orientasi ke sekolah baru. "Dan juga penguatan dari sisi panduan bakat dan minat," ujarnya.
Ia menerangkan bahwa pada tahun ini MPLS mengusung tagline 'MPLS Ramah' untuk mengantisipasi perploncoan yang biasanya dilakukan kepada siswa baru. Abdul berharap pembaruan konsep ini bisa menguatkan pendidikan karakter dan pengembangan bakat minat siswa.
"Kami harapkan supaya penyelenggaraan MPLS ini bukan bagian dari perponcloan tapi bagian dari penanaman semangat belajar," kata dia.
Ditemui terpisah, Wakil Mendikdasmen Fajar Riza Ul Haq juga mengatakan bahwa tujuan perpanjangan MPLS ialah mengefektifkan proses pengenalan lingkungan sekolah pada siswa. Menurut Fajar, durasi MPLS hingga lima hari bisa membantu membangun hubungan sosial antarsiswa.
Selain itu, dia meyakini keberagaman materi yang diberikan kepada siswa bisa menunjang aktivitas sehari-hari. "Untuk memasukkan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat, senam anak Indonesia hebat sehingga proses pembiasaannya diawali di MPLS," tuturnya.
MPLS akan dimulai pada Senin, 14 Juli 2025. Untuk tahun ajaran baru 2025/2026, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah atau Kemendikdasmen menerbitkan Surat Edaran dan Panduan Pelaksanaan MPLS Ramah untuk memastikan masa orientasi murid baru berlangsung tanpa kekerasan, perpeloncoan, atau praktik tak mendidik lainnya.
Panduan ini menjadi acuan resmi bagi sekolah di seluruh jenjang di semua daerah untuk menyelenggarakan MPLS secara positif, inklusif, dan berorientasi pada tumbuh kembang murid.
Panduan ini disosialisasikan lewat webinar pada Rabu, 8 Juli 2025, yang dihadiri Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen Suharti; Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar, dan Menengah Gogot Suharwoto; Dirjen Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Layanan Khusus Tatang Muttaqin; serta Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikdasmen Rusprita Putri Utami.
“Panduan MPLS Ramah ini bukan sekadar pengenalan fisik sekolah, tetapi juga penumbuhan dan penguatan karakter murid,” kata Suharti.
Dia menegaskan masa orientasi tidak boleh dijalankan sebagai rutinitas tahunan yang menimbulkan ketakutan, melainkan harus menjadi ruang adaptasi yang menyenangkan dan membangun budaya positif di sekolah.
Menurut Suharti, masa orientasi murid adalah momen strategis untuk menumbuhkan semangat belajar, interaksi sehat dengan guru dan teman sebaya, serta mengenalkan nilai-nilai sekolah dan lingkungan belajar. “Pelaksanaannya harus dirancang secara menyeluruh, bermakna, dan berfokus pada kebutuhan perkembangan murid,” ucapnya.