Liputan6.com, Jakarta Upaya pengendalian dengue tak cukup hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan atau pemerintah. Peran aktif masyarakat dinilai sangat penting, terutama melalui pendekatan Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) seperti disampaikan Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Profesor Tjandra Yoga Aditama.
Tjandra mengatakan bahwa oleh para kader dan tokoh masyarakat bisa menjadi orang yang melakukan surveilans yakni pengamatan, pencatatan, pelaporan dan analisa yang dilakukan secara terus-menerus dan sistematis terhadap situasi kesehatan atau faktor risiko yang menjadi tanda munculnya masalah kesehatan di masyarakat.
"Ada tiga kelebihan kegiatan Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) ini," kata Tjandra usai bertemu dengan kader kesehatan dan tokoh masyarakat Puskesmas Kebayoran Lama, Jakarta Selatan baru-baru ini.
Pertama, mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit serta meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap masalah kesehatan.
Kedua, kader dan tokoh masyarakat adalah orang-orang yang di lapangan, yang paling tahu sejak dini tentang masalah kesehatan di lingkungan mereka. Sehingga sosok-sosok ini hanya perlu diberitahu tentang hal-hal apa yang perlu jadi perhatian. Misalnya ada klaster orang dengan gejala yang sama, atau ada pencemaran lingkungan di sekitar kawasan.
Ketiga adalah meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kesehatan.