Liputan6.com, Jakarta Munculnya flek coklat di luar masa menstruasi bisa menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian wanita, terutama jika baru pertama kali mengalaminya. Flek coklat ini biasanya tampak seperti bercak darah kering atau keputihan berwarna kecoklatan.
Dalam istilah medis, flek coklat adalah hasil dari darah lama yang teroksidasi dan bercampur dengan cairan vagina sebelum keluar dari tubuh. Seperti dijelaskan oleh Dr. Oluwatosin Goje dari Cleveland Clinic, flek coklat bisa saja merupakan bagian normal dari siklus menstruasi, biasanya muncul di akhir menstruasi ketika sisa darah dikeluarkan tubuh secara perlahan.
Namun demikian, tidak semua flek coklat bersifat normal. Terkadang, bercak ini dapat menjadi sinyal adanya gangguan kesehatan, termasuk infeksi, gangguan hormonal, atau bahkan kondisi serius seperti kanker serviks. Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita untuk memahami apa penyebab flek coklat dan kapan sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis. Berikut ulasan Liputan6.com tentang flek coklat tanda apa, Rabu (23/7/2025).
1. Menstruasi Akan Selesai
Flek coklat paling sering muncul sebagai tanda akhir menstruasi. Warna coklat menandakan bahwa darah sudah lama berada dalam rahim sebelum dikeluarkan. Ini merupakan hal yang normal dan tidak berbahaya.
2. Ovulasi
Sebagian wanita mengalami flek coklat di masa ovulasi, yakni sekitar hari ke-14 dari siklus menstruasi. Hal ini disebabkan oleh pelepasan sel telur yang kadang menimbulkan bercak ringan. Ini juga bisa menjadi indikasi masa subur.
3. Pendarahan Implantasi (Tanda Kehamilan)
Pendarahan implantasi terjadi saat embrio menempel di dinding rahim, biasanya 6–12 hari setelah ovulasi. Warnanya bisa coklat muda hingga merah muda, dan biasanya hanya berlangsung 1–2 hari. Jika Anda mengalami flek coklat disertai keterlambatan haid, pertimbangkan untuk melakukan tes kehamilan.
4. Efek Samping Pil KB
Berdasarkan studi berjudul Abnormal Uterine Bleeding Associated with Hormonal Contraception, pil kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan perdarahan abnormal, termasuk flek coklat, terutama saat awal penggunaan. Ini terjadi akibat perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron.
5. Perimenopause atau Menopause
Penurunan hormon estrogen pada wanita menjelang menopause dapat menyebabkan dinding vagina menipis (vaginal atrophy) dan pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga muncul flek. Gejala lain yang menyertainya antara lain keringat malam, hot flashes, dan siklus haid yang tidak teratur.
6. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi seperti klamidia, gonore, dan trichomoniasis bisa menyebabkan iritasi pada leher rahim dan memicu perdarahan ringan yang keluar sebagai flek coklat. Gejala tambahan dapat berupa nyeri saat buang air kecil, keputihan berbau, dan nyeri panggul.
7. Bacterial Vaginosis
Infeksi bakteri ini biasanya ditandai dengan keputihan berbau amis, yang warnanya bisa berubah menjadi coklat jika bercampur darah. Kondisi ini dapat memburuk setelah berhubungan seksual atau menjelang menstruasi.
8. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
Wanita dengan PCOS mengalami gangguan hormonal yang menyebabkan gangguan ovulasi dan bercak darah tidak teratur. Flek coklat bisa menjadi salah satu gejalanya, disertai jerawat, rambut berlebih, dan siklus haid yang tidak teratur.
9. Endometriosis
Pada kondisi ini, jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menyebabkan perdarahan abnormal. Darah yang keluar lambat sering tampak berwarna coklat tua. Gejalanya termasuk nyeri haid hebat dan infertilitas.
10. Kanker Serviks
Meskipun jarang, flek coklat juga bisa menandakan kanker serviks, terutama jika disertai nyeri saat berhubungan, kelelahan ekstrem, dan penurunan berat badan drastis. Pemeriksaan pap smear secara rutin penting untuk deteksi dini.
Apa yang Harus Dilakukan Saat Mengalami Flek Coklat?
Jika Anda mengalami flek coklat, langkah pertama adalah mengamati pola dan frekuensinya. Catat tanggal kejadian, durasi, serta apakah disertai gejala lain seperti nyeri, gatal, atau bau tak sedap. Berikut beberapa langkah penanganan yang bisa dilakukan:
1. Pantau Siklus dan Gejala
Gunakan aplikasi pelacak haid untuk mencatat siklus menstruasi, termasuk munculnya flek coklat.
2. Kelola Stres dan Pola Hidup
Stres berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hormon. Lakukan olahraga ringan, tidur cukup, dan konsumsi makanan sehat.
3. Konsultasi dengan Dokter
Jika flek berlangsung lebih dari 3 hari atau muncul secara tidak wajar, segera temui dokter. Dokter mungkin akan melakukan USG, tes hormon, atau pap smear.
4. Obat-obatan Hormonal
Untuk kasus ketidakseimbangan hormon, dokter bisa meresepkan terapi hormon seperti progestin.
5. Perawatan Infeksi
Jika penyebabnya infeksi, Anda mungkin memerlukan antibiotik atau antiparasit.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera periksa ke dokter jika Anda mengalami:
- Flek berlangsung lebih dari 3 hari berturut-turut di luar siklus haid.
- Flek disertai nyeri perut bagian bawah atau nyeri saat berhubungan.
- Flek disertai keputihan berbau atau demam.
- Flek terjadi setelah menopause.
- Flek muncul setelah berhubungan seksual.
FAQ seputar Flek Coklat
1. Apakah flek coklat selalu menandakan kehamilan?
Tidak selalu. Flek coklat bisa disebabkan oleh berbagai hal, termasuk akhir menstruasi, ovulasi, atau gangguan hormonal.
2. Apakah normal mengalami flek coklat saat menggunakan pil KB?
Ya, terutama saat pertama kali menggunakan atau jika tidak mengonsumsinya secara teratur.
3. Apakah flek coklat sebelum haid berbahaya?
Umumnya tidak. Namun, jika disertai gejala lain atau terjadi secara terus-menerus, sebaiknya diperiksakan.
4. Apakah flek coklat bisa menjadi tanda kanker?
Meskipun jarang, ya. Terutama jika terjadi pascamenopause atau disertai gejala lain seperti nyeri dan penurunan berat badan.
5. Bagaimana cara membedakan flek implantasi dan ovulasi?
Implantasi biasanya terjadi 6–12 hari setelah ovulasi, sedangkan ovulasi terjadi di pertengahan siklus haid. Flek implantasi biasanya menjadi tanda awal kehamilan.
Referensi:
- Cleveland Clinic. Brown Discharge: 4 Causes and What It Means. https://health.clevelandclinic.org
- Abnormal Uterine Bleeding Associated with Hormonal Contraception. Journal of Clinical Endocrinology.