Masjid di Atas Angin dan Jejak Majapahit di Sultra

1 month ago 16
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

INFO NASIONAL - Desa Wawoangi di Sampolawa, Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, menyimpan jejak peradaban Islam di Kerajaan Buton. Di desa ini terdapat sebuah masjid yang dibangun pada abad ke-15 oleh Syekh Abdul Wahid.

Bangunan Masjid Wawoangi memadukan gaya arsitektur Islam dan Kerajaan Buton. Berdiri di atas lahan seluas sekitar 440 meter persegi dengan luas bangunan 12 x 9 meter persegi. Atapnya terbuat dari kayu jati, tiang-tiang penyangga dari kayu ulin, dan dindingnya dari bilah bambu. Bangunan masjid ditopang pondasi dari susunan batu gamping.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masjid Wawoangi dikenal dengan masjid di atas angin karena berada di atas bukit. Dalam Bahasa setempat (bahasa Cia-cia), Wawoangi berarti di atas angin. Dari bukit ini, pengunjung dapat menyaksikan sejumlah pulau kecil d Laut Banda.

Seusai mendirikan masjid di Wawoangi, Syekh Abdul Wahid melanjutkan syiar Islam ke Kota Baubau, ibu kota Kerajaan Buton saat itu. Sang ulama dikenal memiliki peran besar atas perubahan sistem pemerintahan Kerajaan Buton menjadi Kesultanan Buton.

Kepala Desa Wawoangi La Ode Abdul Halim menuturkan keaslian bangunan Masjid Wawoangi tetap lestari kendati telah beberapa kali direnovasi. Hingga kini, masjid yang masuk kategori bangunan cagar budaya sejak 2023, itu masih digunakan sebagai tempat ibadah.

Di dalam kawasan masjid terdapat makam Sultan ke-7 La Saparagau dan ayahnya Sangia Rauro atau La Galunga. "Tak sedikit pengunjung yang datang untuk sekadar memanjatkan doa," ujarnya.

Desa Wawoangi telah ditetapkan sebagai desa wisata oleh Kementerian Pariwisata pada 2021. Pada tahun yang sama, Desa Wisata Wawoangi meraih juara 3 Anugerah Pesona Indonesia (API). Sejak itu, Wawoangi terus berbenah. Tak hanya mengandalkan pamor Masjid Wawoangi, masyarakat mulai mengembangkan objek wisata bahari dengan membangun Jembatan Lapili Wawoangi, sebuah jembatan lingkar di atas laut.

Usaha itu berbuah manis. Angka kedatangan wisatawan di Desa Wawoangi meningkat. Jumlah kunjungan tertinggi terjadi pada 2021-2022. Dalam sehari, wisatawan yang datang mencapai 800 orang. Warga Desa Wawoangi, Alirman mengatakan peningkatan kunjungan pelancong turut mendongkrak perekonomian penduduk lokal.

Sekitar 14 kilometer dari Desa Wawoangi, terdapat Patung Gajah Mada, Mahapatih Kerajaan Majapahit. Patung itu berdiri kokoh di puncak Gunung Ombo, Kelurahan Majapahit, Kecamatan Batauga. Di sebelah timur Gunung Ombo, terdapat situs makam kuno yang diyakini sebagai makam Gajah Mada dan pengikutnya. Situs makam kuno itu dinaungi sebuah pohon beringin dan di sekitarnya tumbuh subur pohon-pohon maja.

Kisah tentang kedatangan rombongan Gajah Mada di Buton Selatan diwariskan secara turun-temurun. Menurut cerita itu, Gajah Mada menginjakkan kaki di Batauga bersama 40 pengikutnya. Rombongan itu kemudian membangun permukiman di atas bukit. Mereka tinggal di sana hingga akhir hayat dan hanya menyisakan makam-makam.

Kepala Dinas Pariwisata Buton Selatan Laode Herwanto mengatakan situs makam kuno itu kini menjadi destinasi wisata religi. Umat Hindu yang bermukim di sekitar Kota Baubau kerap berkunjung untuk berziarah. Tak sedikit juga pengunjung yang sekadar mengobati rasa penasaran akan keberadaan makam Gajah Mada di tanah Sulawesi.

Situs makam kuno ini menjadi destinasi wisata andalan Buton Selatan. Setiap tahun Pemerintah Kabupaten Buton Selatan menggelar Festival Sio Sakaba Kaba yang berarti sembilan pusaka dan silat tradisional masyarakat Buton. "Festival dirangkaikan dengan napak tilas perjalanan Gajah Mada dari Nusa Tenggara kemudian masuk Pulau Siompu hingga menginjakkan kaki di Batuga," katanya.

Menurut Herwanto, Gajah Mada sempat mengajarkan tarian perang kepada masyarakat lokal. Namanya Tari Fomani. "Sampai sekarang penduduk Pulau Siompu masih melakukan tarian itu," ujarnya. (*)

Read Entire Article