Komnas Perempuan Kecam Tindakan Intoleransi di Sukabumi dan Depok

1 month ago 25
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan mengecam dua peristiwa intoleransi keagamaan yang baru-baru ini terjadi. Dua insiden itu ialah penyerangan peserta kegiatan retret pelajar Kristen di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, pada 27 Juni 2025 dan juga penolakan pembangunan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Jalan Palautan Eres, Kalibaru, Kecamatan Cilodong, Depok, Jawa Barat, pada 5 Juli 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komnas menilai bahwa tindakan tersebut tidak hanya melukai rasa kemanusiaan dan keadilan, tetapi juga menjadi bukti bahwa penghormatan terhadap nilai keberagaman dan hak asasi manusia masih rapuh.

“Insiden ini menunjukkan bahwa hak konstitusional atas kebebasan beragama masih rentan dilanggar, dan negara belum sepenuhnya hadir dalam menciptakan ruang aman dan inklusif bagi setiap warga,” kata Komisioner Komnas Perempuan Dahlia Madanih, dikutip dari keterangan pers pada Ahad, 13 Juli 2025. 

Lembaga negara yang dibentuk sebagai buntut tindak kekerasan terhadap perempuan dalam kerusuhan Mei 1998 ini menegaskan bahwa jaminan hak atas kebebasan beragama dan beribadah bagi seluruh warga adalah bagian tak terpisahkan dari konsensus kebangsaan. Jaminan hak tersebut, menurut Komnas, harus ditegakkan tanpa kompromi oleh seluruh pemangku kepentingan, terutama aparat penegak hukum dan pemerintah daerah.

Sepanjang periode 2020–2025, Komnas Perempuan mencatat terdapat 20 pengaduan kasus intoleransi yang masuk, sebagian besar terkait dengan rumah ibadah. Komnas menyatakan bahwa perempuan menjadi pihak yang paling terdampak, terutama dalam menghadapi ancaman dan kekerasan, serta akibat minimnya keseriusan negara dalam membangun mekanisme pemulihan yang berkelanjutan bagi perempuan.

Dalam kesempatan yang sama, Komisioner Komnas Perempuan Chatarina Pancer Istiyani juga menyayangkan tindakan intoleransi berbasis agama di berbagai daerah kerap terulang. Dia menegaskan bahwa situasi ini harus segera ditangani secara serius oleh negara guna mencegah keberulangan dan memperkuat jaminan atas hak kebebasan beragama bagi seluruh warga.

Ia menyoroti insiden pembubaran paksa terhadap kegiatan retret yang berlangsung secara damai dan tertutup di Sukabumi pada akhir Juni lalu. Pembubaran itu diduga dilakukan oleh sekelompok warga dengan disertai kekerasan, intimidasi, dan pengrusakan fasilitas. Tak lama berselang, kejadian intoleransi keagamaan juga terjadi di Depok pada awal Juli ini. Ratusan warga RW 03 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong, menggelar unjuk rasa menolak pembangunan gereja.

“Penolakan terhadap rencana pendirian rumah ibadah umat Kristen ini menjadi bukti nyata keberlanjutan praktik intoleransi di tingkat lokal,” kata Chatarina.

Komnas Perempuan pun mendesak pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang jelas dan terukur dalam menghentikan segala bentuk intoleransi dan kekerasan berbasis agama yang terus berulang. Komnas merekomendasikan supaya pemerintah dan para pihak yang terlibat untuk segera membangun ruang dialog yang terbuka dan berkelanjutan antar kelompok masyarakat dengan latar belakang yang beragam. Menurut Komnas, dialog itu guna memperkuat toleransi dan mencegah kekerasan berbasis agama.

Pada saat yang sama, Komnas menilai pemerintah perlu mengembangkan mekanisme pemulihan dan rekonsiliasi yang inklusif serta berbasis partisipasi lintas komunitas, khususnya bagi kelompok yang terdampak. Komnas juga menekankan pentingnya respons negara terhadap dampak berlapis yang dialami perempuan dalam situasi intoleransi, termasuk pembatasan ruang sosial, hilangnya akses pendidikan dan spiritual, serta meningkatnya beban pengasuhan.

Upaya pemulihan disebut harus mempertimbangkan kebutuhan khusus perempuan dan anak perempuan, serta memastikan tersedianya ruang aman bagi semua warga untuk menjalankan keyakinannya secara damai dan bermartabat. Komnas berujar, dalam situasi intoleransi, perempuan dan anak perempuan tidak hanya menjadi korban kekerasan dan pengusiran, tetapi juga kehilangan ruang aman untuk beribadah secara damai.

“Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan berbasis gender dalam memastikan pemulihan yang adil dan perlindungan atas hak kebebasan beragama bagi seluruh warga,” tutur Chatarina.

Read Entire Article