Liputan6.com, Jakarta Pesepak bola Jens Raven mengalami cedera, ia terpincang-pincang dalam laga semifinal Kejuaraan ASEAN U-23 2025 melawan Thailand di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Jumat (25/7/2025).
Terkait hal ini, Manajer Timnas U-23 Indonesia, Ahmed Zaki Iskandar, mengatakan kondisi cedera Jens Raven akan ditinjau lebih lanjut oleh timnya.
"(Kondisi Jens Raven) besok diobservasi," kata Zaki saat ditemui awak media di mixed zone SUGBK, Jumat, mengutip Antara.
Raven berhasil mencetak satu gol pada pertandingan ini sebelum terlihat pincang pada menit-menit akhir babak kedua tambahan waktu dua kali 15 menit.
Striker Bali United itu mencetak gol pada menit ke-84 saat memanfaatkan umpan sepak pojok Rayhan Hannan. Itu adalah gol ketujuh untuk Raven di turnamen ini setelah enam golnya ke gawang Brunei Darussalam pada laga perdana.
Gol Raven membawa Indonesia melanjutkan laga ke babak dua kali 15 menit setelah Thailand unggul lebih dulu melalui gol Yotsakon Burapha pada menit ke-60.
Setelah tak ada gol di babak tambahan, laga berlanjut ke babak adu penalti, dan pada babak ini Garuda Muda menang dengan skor 7-6.
Ketua PSSI, Erick Thohir, menyinggung buruknya penyelesaian akhir alias finishing lini serang Timnas Indonesia U-23 saat ditahan imbang tanpa gol oleh Malaysia pada laga pemungkas Grup A Piala AFF U-23 2025, Senin (21/7/2025).
Cedera Olahraga Tak Boleh Dianggap Remeh
Cedera olahraga adalah hal yang umum terjadi terutama di kalangan atlet profesional.
Meski begitu, cedera seperti keseleo, otot tertarik, hingga robekan ligamen bisa dialami siapa saja, baik atlet profesional maupun pegiat olahraga rekreasional.
“Banyak orang menganggap remeh nyeri saat berolahraga dan memilih untuk terus melanjutkan aktivitas. Padahal, ini justru bisa memperburuk kondisi dan memperpanjang masa pemulihan,” jelas dokter spesialis kedokteran olahraga, dr. Grace Tumbelaka di Jakarta, Kamis (15/5).
- Dia menambahkan, beberapa jenis cedera yang umum terjadi antara lain:
- Keseleo (sprain): Cedera pada ligamen akibat pergerakan mendadak atau posisi yang salah.
- Otot tertarik (strain): Terjadi ketika otot dipaksa bekerja terlalu keras atau digunakan secara tidak tepat.
- Cedera lutut: Umum pada pelari, pemain bola, atau basket. Bisa berupa peradangan, sobekan meniskus, hingga cedera ligamen.
- Cedera pergelangan kaki dan bahu: Sering dialami saat melakukan gerakan cepat dan berulang.
Apa Penyebab Cedera Olahraga?
Menurut Grace, cedera olahraga kerap disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yakni:
- Kurangnya pemanasan dan pendinginan
- Teknik gerakan yang salah
- Alat olahraga yang tidak sesuai
- Kelelahan atau latihan berlebihan
- Tidak memberi waktu yang cukup untuk pemulihan.
“Olahraga yang aman dimulai dari kesadaran akan kondisi tubuh masing-masing dan pemahaman soal teknik serta risiko yang mungkin timbul,” tambahnya.
Pertolongan Pertama Cedera dengan Prinsip R.I.C.E
Jika cedera ringan terjadi, penanganan awal sangat penting. Grace menyarankan metode R.I.C.E., yaitu:
- Rest (Istirahat): Hentikan aktivitas agar cedera tidak memburuk.
- Ice (Kompres Es): Tempelkan es selama 15–20 menit untuk mengurangi nyeri dan bengkak.
- Compression (Kompresi): Gunakan perban elastis untuk membatasi pembengkakan.
- Elevation (Elevasi): Angkat bagian tubuh yang cedera untuk memperlancar aliran darah.
Jika nyeri tidak juga mereda, pembengkakan makin parah, atau bagian tubuh yang cedera sulit digerakkan, sebaiknya segera periksa ke dokter atau fisioterapis.Penanganan yang cepat dan tepat akan mencegah cedera menjadi kronis.
Dalam kesempatan tersebut, dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.K.O., Subsp.ALK(K) mengingatkan bahwa pencegahan cedera bukan hanya soal istirahat atau pemanasan.
“Pencegahan cedera tidak hanya soal istirahat dan pemanasan. Ini melibatkan pendekatan menyeluruh, termasuk teknik latihan yang benar, asupan nutrisi, manajemen beban latihan, dan strategi pemulihan,” kata Antonius.