Indonesia Masuk 10 Besar Negara dengan Kanker Ovarium Tertinggi Dunia

2 weeks ago 15
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan jumlah kasus kanker ovarium tertinggi di dunia, ada 15.130 kasus baru setiap tahunnya.

Jumlah ini ditunjukkan oleh World Research Cancer Fund (WRCF) di mana Indonesia menduduki peringkat keempat setelah China, India, dan Amerika Serikat (AS).

“Angka ini mencerminkan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai kanker ovarium, serta terbatasnya edukasi seputar faktor risikonya,” kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi, konsultan onkologi, dr. Muhammad Yusuf, SpOG (K) Onk, mengutip keterangan pers, Sabtu (26/7/2025).

Melihat kondisi tersebut, sambungnya, sangat penting bagi kita untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran akan kanker ovarium. Termasuk pemahaman terhadap ancamannya dan edukasi kepada masyarakat, terutama perempuan, mengenai pentingnya deteksi dini kesehatan reproduksi.

“Edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat, khususnya perempuan, sangat penting guna menekan laju pertumbuhan kasus dan meningkatkan kualitas penanganan secara menyeluruh,” ucap Yusuf.

Sementara, data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022 menunjukkan bahwa kanker ovarium menempati peringkat ketiga sebagai kanker terbanyak pada perempuan di Indonesia.

Kanker ovarium epitelial menjadi jenis kanker ovarium paling umum terjadi yang berkembang pada jaringan epitel, yaitu lapisan tipis yang menutupi bagian luar ovarium.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang perempuan terkena kanker ovarium adalah:

  • Riwayat keluarga, khususnya jika ada kerabat tingkat pertama (seperti ibu atau saudara kandung) yang pernah menderita kanker ovarium.
  • Riwayat reproduksi seperti menstruasi yang dimulai terlalu dini, tidak pernah hamil, atau menopause yang terjadi pada usia lebih tua dari rata-rata.
  • Faktor genetik termasuk mutasi pada gen BRCA1/BRCA2 (Breast Cancer Gene).
  • Kelainan pada mekanisme perbaikan DNA seperti Homologous Recombination Deficiency (HRD).
  • Obesitas atau kelebihan berat badan.
  • Risiko yang meningkat seiring bertambahnya usia.

Polikistik ovarium (PCOS) adalah penyakit ketika ovum atau sel telur pada perempuan tidak berkembang secara normal akibat ketidakseimbangan hormon. Hal ini dapat menyebabkan siklus menstruasi yang tidak teratur serta menyebabkan kemandulan. Berikut 5...

Menjalani gaya hidup sehat memiliki peran penting dalam menurunkan risiko kanker ovarium. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Menjaga berat badan ideal.
  • Menjalankan pola makan yang seimbang dan sehat.
  • Memilih kontrasepsi oral atau Pil KB.
  • Berhenti merokok.
  • Menghindari terapi hormon.

Kebiasaan ini bisa mendukung kesehatan reproduksi perempuan secara menyeluruh.

Berbeda dengan jenis kanker lainnya, hingga saat ini belum tersedia metode skrining yang benar-benar akurat dan dapat diandalkan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini. Meski begitu, pemeriksaan seperti transvaginal ultrasound dan tes darah CA-125 dapat menjadi opsi pendukung dalam upaya deteksi dini.

Mayoritas Kanker Ovarium Terdeteksi di Stadium Lanjut

Data dari American Cancer Society dan National Cancer Institute menunjukkan bahwa sebagian besar kasus kanker ovarium baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut.

Ini karena gejala awal yang cenderung ringan, tidak spesifik, dan sering diabaikan, seperti perut kembung, nyeri panggul, serta gangguan pencernaan.

“Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi dari seluruh kanker ginekologi dengan mayoritas pasien kanker ovarium baru terdiagnosis pada stadium 3 atau 4 akibat gejala awal yang tidak spesifik, sehingga penanganan medis umumnya sudah memerlukan tindakan operasi atau kemoterapi,” jelas Yusuf.

"Terlebih, risiko kekambuhan setelah kemoterapi awal pun sangat tinggi, yaitu mencapai 70 persen dalam tiga tahun pertama,” imbuhnya.

Pada kanker ovarium stadium lanjut, pasien umumnya harus menjalani operasi besar untuk mengangkat satu atau kedua ovarium, tuba falopi, rahim, serta semua jaringan kanker yang terlihat. Pasca operasi, pasien perlu menjalankan kemoterapi untuk membunuh sel kanker yang tersisa. Setelah menyelesaikan kemoterapi awal dan memasuki fase remisi, menjaga pasien agar terhindar dari kekambuhan sangat penting untuk mempertahankan kualitas hidup. Namun, pada kanker ovarium stadium lanjut, tingkat kekambuhan tetap tinggi setelah pengobatan lini pertama.

Akibatnya, banyak pasien harus menjalani kemoterapi ulang, yang sering kali disertai dengan periode remisi (masa bebas kanker) yang lebih singkat dan peningkatan risiko kematian.

Terapi Target untuk Kanker Ovarium

Dalam beberapa kasus, terapi target dapat diberikan setelah kemoterapi, bergantung pada hasil pemeriksaan molekuler seperti BRCA (Breast Cancer gene) atau HRD (Homologous Recombination Deficiency).

Pasien dengan status HRD-positif memiliki biomarker genetik yang menunjukkan bahwa mereka memenuhi syarat untuk menjalani maintenance therapy berbasis PARP (Poly ADP-Ribose Polymerase) inhibitor, seperti Olaparib.

Terapi ini bekerja dengan mengeksploitasi kelemahan genetik akibat HRD untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, sehingga membantu menurunkan risiko kekambuhan, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan agar mendapatkan evaluasi menyeluruh dan rekomendasi terapi yang sesuai berdasarkan kondisi masing-masing pasien.

“Menjalani perawatan yang terpersonalisasi usai menjalani operasi dan kemoterapi merupakan langkah yang tepat. Antisipasi terhadap kekambuhan memberikan peluang hidup yang lebih baik bagi pasien,” kata dr. Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia, dalam keterangan yang sama.

Dia menambahkan, penanganan kanker ovarium khususnya stadium lanjut membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif. Melalui kerja sama yang erat antara tenaga medis dan penyedia terapi lanjutan, diharapkan semakin banyak pasien yang dapat merasakan manfaat dari terapi inovatif seperti maintenance therapy.

Setiap pasien kanker ovarium berhak mendapatkan peluang terbaik untuk hidup lebih lama, dengan kualitas hidup yang lebih baik.

“Kami percaya bahwa inovasi tidak berhenti pada penemuan terapi. Komitmen kami juga mencakup peningkatan kesadaran dan perluasan akses pengobatan bagi pasien kanker ovarium,” kata Esra Erkomay, President Director AstraZeneca Indonesia.

“Edukasi mengenai pentingnya penanganan yang tepat akses terhadap pilihan perawatan merupakan langkah awal dalam membangun sistem kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasien kanker ovarium di Indonesia,” pungkasnya.

Read Entire Article