Liputan6.com, Jakarta Hipertensi atau tekanan darah tinggi dikenal sebagai biang kerok penyakit jantung dan stroke. Ternyata, penyakit ini juga merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan ginjal. Di balik kondisi serius ini, faktanya, masih banyak penderita hipertensi tidak menyadari jika penyakit ini dapat menurunkan fungsi ginjal.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam RA Adaninggar Primadia Nawiswari menyayangkan, bahwa hingga kini penderita hipertensi masih sering mengabaikan kondisi ini. Sehingga, seringkali kondisi ini terdeteksi ketika telah menunjukkan komplikasi yang parah. Alhasil, prosedur cuci darah harus dilakukan.
“Seringnya penderita hipertensi tidak pernah melakukan pemeriksaan ginjal selama pengobatan hipertensi, jadi seringnya terlambat terdeteksi kerusakan ginjalnya,” tulis wanita yang karib disapa dokter Ning dalam unggahan di Instagram @drningz, pada Minggu, 16 Juni 2025.
“Seringnya penderita hipertensi tidak pernah melakukan pemeriksaan ginjal selama pengobatan hipertensi, jadi seringnya terlambat terdeteksi kerusakan ginjalnya,” lanjutnya.
Kerusakan Dimulai dari Nephrosclerosis
Ning menjelaskan kerusakan tahap awal pada ginjal karena hipertensi disebut dengan istilah nephrosclerosis.
Dokter yang sehari-hari praktik di RS Husada Utama Surabaya ini mengatakan kondisi nephrosclerosis ditandai dengan adanya pengapuran pada glomerulus di ginjal. Glomerulus adalah tempat seluruh darah di tubuh disaring sebelum dikembalikan lagi ke tubuh.
Pengapuran pada glomerulus ini mengakibatkan fungsi penyaringan di ginjal terganggu dan menyebabkan kebocoran protein. Apa itu kebocoran protein? Ini adalah kondisi di mana kadar protein pada darah ikut terbuang bersamaan dengan urine.
Deteksi Dini Untuk Mencegah Keparahan
Kondisi kebocoran protein pada urine merupakan kondisi tak kasat mata. Maka dari itu perlu melakukan pemeriksaan pada urine.
“Nah, untuk melihat adanya kerusakan sclerosis di situ, bisa dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan urinalisis atau urine lengkap atau albumin kreatinin ratio,” katanya.
Tujuan adanya pemeriksaan ini untuk melihat apakah sudah terjadi kebocoran protein di dalam ginjal.
Selain itu, Ning juga menyarankan pemeriksaan penting lainnya, seperti kreatinin, sistain C, dan eGFR. meskipun tidak spesifik untuk kerusakan karena hipertensi, pemeriksaan tersebut dapat mendeteksi pengaruh faktor lain yang mempengaruhi fungsi ginjal pada pasien hipertensi.
“Ini sebenarnya tidak hanya murni melihat kerusakan ginjal akibat hipertensi, karena tadi hipertensi itu awalnya kerusakan glomerulus, tapi harus diingat bahwa seorang yang mengalami hipertensi biasanya juga bisa mengalami kerisakan ginjal dari berbagai mekanisme,” ungkapnya.
Menurut Ningz, penyakit penyakit yang kerap terjadi bersamaan dengan hipertensi adalah penyakit diabetes, pre-diabetes, obesitas, hiperkolestrol, dan asam urat.
“Dan itu juga bisa merusak jaringan ginjal, jadi tidak lewat mekanisme kebocoran protein dulu. Jadi pemeriksaan kreatinin, sistain, dan EFGR juga harus dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan urinalisis tadi secara rutin pada pasien-pasein hipertensi,” jelasnya.
Bagaimana Hipertensi dapat Menyebabkan Gagal Ginjal?
Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit EMC Tangerang, Robby Pratono Putra menjelaskan bahwa hipertensi dan gagal ginjal memiliki hubungan erat dan saling memengaruhi satu sama lain.
Robby menyebut hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal, kondisi ini dapat memperparah penyakit hipertensi.
Ada tiga alasan hipertensi dan gagal ginjal saling berpengaruh di dalam tubuh manusia yakni:\
1. Kerusakan Pembuluh Darah Ginjal
Tekanan darah tinggi kronis yang tidak terkontrol bisa merusak arteri dalam ginjal. Kondisi ini mengakibatkan penyempitan dan berangsur-angsur rusak.
Robby mengatakan aliran darah ke ginjal berkurang yang kemudian berdampak pada turunnya fungsi ginjal. Kerusakan awal ginjal ditandai dengan adanya protein di urine.
2. Penumpukan Kotoran di Ginjal
Turunnya fungsi ginjal membuatnya tidak bisa melakukan filterisasi dengan baik. Akibatnya, cairan kotor dan natrium tidak bisa dibuang dengan baik. Kondisi ini berdampak buruk kepada ginjal dan penyakit hipertensi.
3. Risiko Gagal Ginjal Stadium Akhir
Jika hipertensi tidak diatasi dengan baik, ginjal bisa kehilangan hampir semua kemampuannya untuk berfungsi. Pasien akan membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal agar bisa bertahan hidup.