TEMPO.CO, Jakarta -- Partisipasi pemilih calon ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada hari ketiga, Senin, 14 Juli 2025, kurang dari 50 persen. Sekretaris Steering Committee Kongres PSI Benidiktus Papa mengatakan, baru ada sekitar 51.751 suara masuk untuk tiga kandidat pemimpin partai tersebut.
Partai berlogo bunga mawar itu menetapkan total 187.306 anggota sebagai daftar pemilih tetap. Ratusan ribu pemilih itu memiliki kesempatan untuk menggunakan hak suaranya hingga 18 Juli 2025. Meski begitu, menurut dia, jumlah partisipan itu dinilai telah sesuai harapan awal. "Kami melihat animo anggota sampai hari ketiga cukup tinggi untuk memilih," ujar Benidiktus Papa saat dihubungi pada Senin, 14 Juli 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, pria yang akrab disapa Beni Papa itu mengatakan, panitia pemilihan raya (pemira) untuk memilih ketua umum PSI itu sudah menyiapkan strategi untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Salah satunya, melibatkan posko-posko yang tersebar di setiap Dewan Pimpinan Wilayah atau DPW PSI. "Pelibatan itu untuk ikut mendorong kader-kader yang sudah diverifikasi agar menggunakan hak suaranya," ujar Beni.
Adapun ada tiga calon ketua umum PSI yang bersaing dalam pemilihan raya ini, yaitu Ronald Aristone Sinaga, Kaesang Pangarep, dan Agus Mulyono Herlambang.
Beni mengatakan, hingga hari ketiga pemilihan ini tiap-tiap calon ketua umum tercatat unggul di sejumlah daerah. Aristone yang menjabat sebagai Wakil Ketua I DPD PSI Jawa Barat disebut unggul perolehan suara di Jawa Barat. Calon ketua umum nomor urut satu ini juga unggul suara di Sumatera Utara. Sedangkan Kaesang Pangarep, kata dia, unggul tipis di Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. "Agus Mulyono sementara menguasai suara di Banten," ucapnya.
Hasil pemilihan raya calon ketua umum PSI akan diumumkan pada 19 dan 20 Juli 2025, bertepatan dengan kongres partai. Kegiatan yang digelar di Solo, Jawa Tengah, itu akan dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi), hingga para ketua umum partai politik.